Pentingnya Sikap “Love” dalam Kehidupan Kristiani

love

Kata “Love” merupakan kata yang biasa saja, namun memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan umat Kristiani sehari-hari. Mencintai dan mengasihi adalah perintah yang utama yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 22:37-39 dan wujud dari iman kita kepada Allah.

Ketika seseorang hanya mengasihi Allah saja dan mengabaikan kasih kepada sesamanya, maka mereka mengabaikan perintah utama tersebut. Artinya, kasih tersebut harus dipraktikkan secara selaras.

Read More

Apabila ada orang yang hanya mengasihi keluarganya saja, tetapi mengabaikan kasih kepada tetangga atau orang yang ada di sekitarnya maka ia telah berdosa.

Beberapa hari yang lalu, ketika saya membaca buku yang berjudul “The Sacred Search” karya Gary Thomas, saya menemukan sesuatu sangat menarik tentang pernikahan Kristen dalam halaman 68.

Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira demikian: “Kehidupan Kristen adalah sebuah petualangan menuju cinta, bertumbuh dengan cinta, menunjang kemampuan kami dengan mencintai, menyerahkan hati kami untuk mencintai, bertumbuh menjadi pribadi yang dimotivasi dengan cinta. Pernikahan adalah sebuah komitmen hidup bagi pasangan untuk tetap pada mandat Alkitabiah yang selalu mengutamakan cinta.”

Setelah membaca buku tersebut, saya menghitung berapa banyak kata “love” di dalam kalimat tersebut. Mungkin 6 kali? Ya, benar, 6 kali kata “love” yang ditemukan.

Setiap kata dalam kalimat tersebut memiliki makna dan arti yang sangat indah sekali, cinta yang begitu agung dan menjadi dasar bagi kehidupan dan pernikahan Kristen.

Mengapa sikap “love” ini penting?

Dalam cerita Alkitab, ada kisah percakapan Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi dalam Matius 22:37-39. Orang-orang Farisi tersebut bertanya tentang keutamaan kitab Taurat. Yesus mengatakan demikian: “Kasihilah Tuhan, Allah-mu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”

Dari percakapan antara orang-orang Farisi dan Tuhan Yesus kita menemukan bahwa kata “cinta” tidaklah sederhana yang kita pahami.

Cinta yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah cinta yang sepenuh hati, segenap jiwa dan segenap akal budi. Artinya, kita harus mengasihi pasangan, keluarga dan orang lain seperti kita mengasihi diri sendiri.

Tentu hal ini tidak mudah, apalagi kebanyakan orang cenderung menerapkan kasih yang bersyarat. “Jika kamu mengasihi aku, maka aku juga mengasihi kamu,” mungkinkah masih ada orang Kristen yang seperti ini?

Hidup dengan penuh kasih

Dalam hubungan interaksi dengan sesama manusia, Yesus memerintahkan demikian: “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ayat 39). Percakapan tersebut kita mengetahui bahwa ajaran kasih adalah inti iman kekristenan dan wajib dipraktikkan setelah menyatakan iman kepada Kristus.

Dalam Perjanjian Lama, Allah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa. Melalui keberadaan mereka berdua, Tuhan menghendaki mereka hidup bersama dan saling menghadirkan cinta. Mereka berdua adalah pasangan yang sepadan dan bertanggung jawab kepada Allah.

Pertama-tama Allah memperkenalkan “cinta” kepada Adam dan Hawa dengan menyebutkan istilah “satu daging” (Kejadian1:24). Artinya, mereka telah menjadi satu, sepakat, sevisi dan satu tujuan. Mereka tidak berbicara tentang aku, tetapi selalu berbicara tentang kita.

Menjadi “satu daging” dapat diartikan dengan “setara”. Cinta dan kasih yang diajarkan oleh Allah adalah kasih yang sejati, setara dan bukan kasih yang bersyarat.

Mewujudkan kasih dalam kehidupan

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan ciptaan-Nya.Dia merencanakan penebusan menurut kehendak dan keadilan-Nya.

Bukti kasih Allah tersebut dinyatakan dalam Yohanes 1:9, bahwa Dia datang untuk menghapus dosa manusia. Yesus harus menderita, disalibkan, mati dan dibangkit kembali pada hari yang ketiga.

Kebangkitan-Nya tersebut menyatakan bahwa Dia telah menang dan mempersatukan kita kembali dengan Allah. Kasih Allah yang tak bersyarat tersebut telah membawa kita kepada kehidupan yang kekal.

Seperti di dalam buku “The Sacred Search” karya Gary Thomas yang menjelaskan betapa pentingnya untuk bertumbuh dengan kasih. Dalam setiap perjalanan hidup, orang-orang percaya harus memiliki cinta, hidup dengan cinta  dan bertumbuh dengan kasih tanpa batas waktu.

Mereka harus mempraktikkan kasih yang tak bersyarat, sebagaimana Allah juga mengasihi manusia tanpa syarat. Oleh sebab itu, mampukah kita selalu memiliki dan menghadirkan cinta dalam kehidupan sehari-hari?

Kiranya, Allah yang penuh kasih senantiasa menolong dan memampukan kita untuk menyatakan kebenaran dan iman melalui kehidupan sehari-hari.

Related posts