Penyimpangan Gender Pada Anak, Sangat Berbahaya!

penyimpangan gender

Penyimpangan gender pada anak banyak disebabkan oleh pola asuh dan pendidikan orang tua di rumah, termasuk kekerasan fisik dan psikis kepada anak. Pola asuh dan pendidikan yang salah bisa menyebabkan disorientasi seksual ketika mereka beranjak remaja dan dewasa.

Selain faktor pola asuh dan pendidikan orang tua, ada juga yang disebabkan oleh faktor genetik, namun hal ini sangatlah jarang terjadi.

Bila ada itu pun sangat kecil sekali persentasenya, sehingga pendidikan dan pola asuh orang tualah yang menjadi penyebab utamanya.

Misalnya, ada anak laki-laki berpakaian dan berperilaku seperti wanita dan demikian juga anak perempuan berpakaian dan berperilaku seperti laki-laki. Kebiasaan seperti ini sejak kecil tentu akan mempengaruhi orientasi seksualnya ketika mereka beranjak dewasa.

Pada dasarnya, penyimpangan gender pada anak sangat jarang ditemui. Namun apabila kita peka dengan lingkungan sekitar, maka tanda-tanda sejak dini mengenai masalah ini dapatlah di temukan.

Namun sayangnya, tidak ada program pendidikan di sekolah mengenai hal ini dan orang tua pun terkadang tidak memahami perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya dengan baik.

Akibatnya, tidak ada pencegahan dan penanganan khusus bagi masalah ini. Tidak heran jika masalah gender terus bertambah sampai sekarang ini, karena memang tidak ada tindakan pencegahan sejak dini.

Pengertian Penyimpangan Gender

Penyimpangan gender adalah sebuah ekspresi yang merujuk pada perilaku, sifat dan identitas yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku atau jenis kelaminnya. Sebagai contoh, “seorang laki-laki ingin menjadi seorang perempuan atau perempuan ingin menjadi laki-laki.”

Gender berasal dari bahasa latin “genus” yang berarti “tipe atau jenis”, sehingga gender digunakan untuk menunjukkan jenis kelamin pada manusia.

Kata gender sendiri merupakan perilaku dan sifat yang melekat pada pria dan wanita, sifat dan perilaku tersebut menunjukkan apakah dia seorang pria atau wanita.

Pola asuh dan pendidikan yang salah

Selain faktor genetik, gender terbentuk karena faktor sosial budaya, pola asuh orang tua dan juga pendidikan.

Apabila ada seorang anak laki-laki yang memiliki sifat dan perilaku seperti anak perempuan maka ia sedang mengalami masalah gender.

Apabila anak laki-laki bertumbuh secara normal secara fisik dan psikis maka mereka akan tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang normal, demikian juga dengan anak-anak perempuan.

Akan tetapi, pola asuh yang salah bisa menyebabkan anak-anak tumbuh dengan tidak normal. Misalnya orang tua yang mendidik anak dengan kekerasan.

Tentulah tindakan seperti ini menyebabkan trauma pada anak, belum lagi lingkungan sekitar yang tidak mendukung mereka untuk tumbuh secara normal. Melihat persoalan ini, maka masalah gender dan segala penyimpangannya adalah masalah yang sangat kompleks.

Anak-anak yang mendapatkan kekerasan fisik dan psikis, ancaman atau tidak diterima dilingkungan keluarga akan bertumbuh dengan berbagai masalah.

Padahal, anak-anak membutuhkan dukungan, kasih sayang dan cinta kasih dari orang tuanya. Hal-hal semacam ini bisa berbahaya bagi perkembangan psikis anak, sehingga bisa berdampak pada masalah gender.

Anak-anak perempuan yang memiliki sifat dan perilaku seperti anak laki-laki maka ia sedang mengalami penyimpangan gender. Jika hanya sebatas sifat dan perilaku, penyimpangan ini masih bisa disembuhkan. Misalnya dengan memberikan dukungan, edukasi dan pendidikan.

Dampak yang berkelanjutan dari penyimpangan ini adalah disorientasi seksual. Misalnya terjadinya Homoseksual (pria dengan pria), Lesbian (perempuan dengan perempuan), Biseksual (bisa dengan sesama jenis atau lawan jenis).

Oleh sebab itu, artikel ini akan menjelaskan secara singkat mengenai penyebab masalah gender, tanda-tanda yang muncul serta terjadinya disorientasi seksual.

Penyebab penyimpangan gender

Penyebab pertama dari penyimpangan gender adalah adanya kekerasan fisik yang diterima secara berulang-ulang oleh anak. Kekerasan fisik tidaklah dibenarkan dalam hal apa pun, karena sangat menyakiti dan membuat anak-anak ketakutan.

Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dan juga secara psikis membutuhkan dukungan dan bukan kekerasan.

Kekerasan pada anak dapat membuat perkembangan mereka secara biologis menjadi terganggu. Keadaan ini juga menyebabkan penerimaan kepada diri sendiri menjadi terganggu.

Sebagai contoh, ketika anak laki-laki yang dididik dengan kekerasan maka lama-kelamaan ia akan menolak dirinya sendiri. Karena menurutnya menjadi anak laki-laki tidak menyenangkan, maka ia akan memilih menjadi perempuan atau sebaliknya.

Penyebab kedua adalah adanya kekerasan psikis. Kekerasan psikis memiliki dampak yang berbahaya bagi perkembangan emosi dan mental anak-anak. Marah dan memberikan pernyataan-pernyataan yang tidak baik kepada anak bisa menyebabkan mental mereka terganggu.

Sebagai contoh mengatakan: “anak laki-laki seperti anak perempuan,” “tidak berguna” atau kata-kata lain yang menyakiti perasaan anak.

Tindakan seperti ini sangat berbahaya sekali apabila dilakukan secara berulang-ulang. Demikian juga kepada anak perempuan dengan mengatakan “kamu seperti anak laki-laki.”

Pernyataan-pernyataan orang tua dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tidak tepat bisa menyebabkan perkembangan psikis anak-anak terganggu.

Tekanan yang berat membuat mereka marah dan dendam, mereka akan semakin menunjukkan dirinya seperti apa yang dikatakan oleh orang tuanya.

Apabila anak-anak perempuan dikatakan seperti anak laki-laki secara berulang-ulang maka ia akan semakin menunjukkan dirinya seperti anak laki-aki. Demikian juga dengan anak laki-laki yang dikatakan seperti anak perempuan.

Perlu untuk dipahami oleh orang tua bahwa usia anak-anak adalah usia pertumbuhan. Supaya mereka bertumbuh secara normal secara fisiologis dan psikologis, maka mereka membutuhkan pola asuh, pendidikan, pembinaan dan dukungan orang tua.

Penyimpangan gender pada anak terjadi karena mereka tidak mendapatkan dukungan, pendidikan, dan pembinaan dari orang tua. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Jawabannya adalah orang tua itu sendiri.

Tanda-tanda penyimpangan gender

Tanda-tanda masalah gender pada anak-anak secara sederhana dapat dilihat dari cara mereka berperilaku, berpakaian dan keinginan mereka. Perlu diperhatikan bahwa penyimpangan yang dimaksud di sini bukan berarti laki-laki ingin menjadi perempuan atau sebaliknya.

Namun yang ingin penulis sampaikan adalah adanya sifat dan perilaku-perilaku yang tidak sewajarnya bagi anak perempuan atau anak laki-laki.

Jadi penyimpangan gender yang dimaksud belum mengarah kepada disorientasi seksual, karena mereka masih anak-anak.

Adanya sifat dan perilaku-perilaku yang tidak wajar inilah yang harus diedukasi dan dibina, supaya mereka bertumbuh secara normal atau sebagaimana mestinya.

Contoh sederhana adalah anak perempuan yang selalu memakai baju laki-laki, bermain dengan laki-laki, bergaya seperti laki-laki dan ingin menjadi kuat seperti laki-laki.

Ada batas-batas wajar yang memang di perbolehkan, misalnya bermain dengan laki-laki bukanlah masalah. Namun apabila anak perempuan tidak mau bermain dengan anak perempuan lain maka sedang ada sesuatu.

Demikian juga dengan anak laki-laki yang suka memakai baju wanita, bermain dengan wanita dan bergaya seperti wanita.

Hal ini juga ada batas-batas kewajaran, misalnya masalah bermain. Namun apabila anak-anak sudah berperilaku melebihi baas-batas yang tidak wajar, maka orang tua harus peka dan melihat hal ini secara serius.

Orang tua harus membina dan mendidik serta menyampaikan identitas mereka secara benar. Misalnya memberikan pendidikan dengan menyampaikan bahwa sebagai anak laki-laki mereka harus berani, bisa melindungi, bertanggung jawab dan pekerja keras.

Demikian juga kepada anak-anak perempuan orang tua harus menyampaikan bahwa mereka adalah anak perempuan. Sebagai perempuan mereka harus bersikap seperti perempuan, bersikap sopan, bisa memasak, mandiri atau yang lainnya.

Banyak sekali cara atau metode dalam mendidik dan mengasuh anak, yang terpenting orang tua bisa memberikan pembinaan dan pendidikan tepat.

Secara khusus orang tua harus pandai dalam memberikan dukungan kepada anak laki-laki dan juga kepada anak perempuan, sehingga mereka bisa bertumbuh secara normal.

Penyimpangan gender: Disorientasi seksual

Penyimpangan gender pada anak tentu akan berdampak tidak baik dikemudian hari, sehingga harus ditangani dengan baik.

Apabila penyimpangan tersebut berkelanjutan sampai mereka melewati masa pubertas dan kematangan fungsi-fungsi seksualitas maka bisa berdampak pada penyimpangan seksual atau disorientasi seksual.

Disorientasi seksual sebenarnya dampak dari penyimpangan gender pada usia anak-anak yang dibiarkan oleh orang tua.

Sifat dan perilaku yang tidak wajar pada usia anak-anak tentu masih mudah untuk di ubah. Namun jika hal itu berlanjut sampai usia remaja sampai dewasa maka akan banyak kesulitan untuk mengubahnya. Oleh sebab itu, pendidikan seksual sejak dini diperlukan sekali bagi anak-anak.

Pendidikan seksual usia dini bertujuan untuk menjelaskan identitas anak-anak, baik mereka mereka sebagai laki-laki maupun sebagai perempuan. Mengarahkan dan membina mereka sesuai gender sangat diperlukan sekali.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pemaparan di atas maka kita mengetahui penyebab dan tanda-tanda penyimpangan gender pada anak, maka masalah ini bisa diatasi sejak dini.

Orang tua haru lebih tanggap dan siap dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka dengan penuh tanggung jawab.

Mengasuh bukan berarti hanya mencukupi kebutuhan anak-anak secara jasmani, namun kebutuhan rohani dan pendidikan juga sangat diperlukan.

Dengan adanya pola asuh, pendidikan, pembinaan dan dukungan orang tua, maka anak-anak dapat bertumbuh dengan normal dan sesuai gendernya.

Namun apabila orang tua gagal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua, mak bisa berdampak dan menyebabkan masalah gender pada anak.

Dan apabila penyimpangan tersebut terus berlanjut maka menyebabkan penyimpangan seksual atau disorientasi seksual.

Penyimpangan seksual atau disorientasi seksual berarti mereka memiliki orientasi seks yang tidak sewajar atau tidak semestinya.

Misalnya laki-laki orientasi seksnya dengan laki-laki (homoseksual) atau perempuan dengan perempuan (Lesbian) atau bisa kedua-duanya baik sesama jenis maupun dengan lawan jenis (biseksual).

Yang normal adalah “laki-laki berpasangan dengan perempuan” atau “perempuan berpasangan dengan laki-laki” sebagaimana Tuhan menciptakan dan menetapkan.

Demikianlah uraian yang bisa dijelaskan, semoga dapat memberikan manfaat dan pembelajaran. jagalah dan didiklah anak-anak Anda dengan baik, jangan sampai menyesal kemudian.

Related posts