Hidup yang dipulihkan: Renungan Lukas 15:17-21

Hidup yang dipulihkan

Hidup yang dipulihkan memiliki makna sebagai pembaharuan hidup melalui pertobatan yang sungguh-sungguh dan hidup dalam kebenaran Allah. Kesadaran terhadap dosa-dosa tersebut akan membuat seseorang memberikan dirinya untuk di pimpin oleh Roh Kudus.

Renungan hari ini tanggal 26/07/2025
Bacaan Lukas 15:17-21

Lukas 15:17-21 merupakan pengajaran Yesus mengenai “perumpamaan tentang anak yang hilang.” Di katakan bahwa ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.

Lalu si bungsu berkata kepada ayahnya: “Bapa berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.” Ayahnya ang mendengarkan kata-kata tersebut lalu membagi-bagi hartanya dan diberikan kepada mereka.

Beberapa hari kemudian, si bungsu menjual semua harta miliknya dan pergi ke negeri yang jauh. Ia menggunakan harta miliknya dengan berfoya-foya dan bersenang-senang, hingga pada akhirnya dirinya jatuh miskin.

Pada akhirnya, si bungsu menyesali segala perbuatannya dan mengakui bahwa dirinya telah berdosa kepada ayahnya dan jga kepada Bapa di sorga. Bagaimana si bungsu mengalami pemulihan?

Hidup yang dipulihkan

Apabila kita mengamati alur cerita dari perumpamaan tersebut, maka ditemukan beberapa hal penting untuk berada pada posisi “hidup yang dipulihkan.”

1. Pertama, ketika mengadakan perenungan (Luk.15:17)

Kesadaran si bungsu tentu bukan datang secara tiba-tiba, tetapi melalui perenungan atas apa yang terjadi terhadap kehidupannya.

Pertama, ia menyatakan banyak orang upahan bapaku yang melimpah. Kesadaran ini merujuk kepada pekerja-pekerja ayahnya yang banyak, bahkan para pekerja ayahnya tidak pernah kelaparan.

Hal terbukti ketika ia masih bersama-sama dengan ayahnya, para hamba-hambanya tidak pernah kelaparan, bahkan mereka berkelimpahan.

Kedua, aku di sini mati kelaparan. Ini adalah ucapan setelah si bungsu melakukan perenungan. Dirinya mengucapkan kata-kata kelaparan, karena hal ini benar adanya.

Bahkan dirinya telah meninggalkan ayahnya dan hidup dengan berfoya-foya sehingga harta miliknya habis dan kini menjadi kelaparan.

Si bungsu sangat susah dan menderita sehingga dirinya merindukan hidup yang lebih baik di rumah ayahnya.

Ia telah menghabiskan harta miliknya dengn hidup berfoya-foya. Hal ini membuat dirinya melakukan perenungan yang mendalam.

Karena perenungan tersebut maka mata hatinya terbuka, ia menyadari bahwa telah banyak melakukan kesalahan dan dosa.

Ketiga, dirinya mengambil keputusan yang benar. Ketika sudah melakukan perenungan dan penyesalan, maka si bungsu mengambil keputusan untuk kembali kepada ayahnya.

2. Kedua, ketika menyadari dosa-dosanya (Luk. 15:18-19)

Aku akan bangkit. Kalimat ini merupakan pernyataan dan juga diikuti dengan tindakan. Si bungsu bukan hanya merenung dan menyesali dosa-dosanya, tetapi ia benar-benar menyadari bahwa dia telah berdosa.

Aku telah berdosa. Si bungsu menyadari kesalahannya dan sangat menyesal telah melakukan dosa. Si bungsu mengambil keputusan yang benar, bahwa dengan kembali kepada ayahnya maka hidupnya tidak akan menderita lagi.

Aku tidak layak disebut anak bapa. Pernyataan menunjukkan betapa besar dosa-dosa yang telah dilakukan, dan dirinya telah mengecewakan Bapa di sorga dan juga kepada bapanya sendiri (ayahnya).

Jadikan aku seorang upahan bapa. Si bungsu ingin kembali dan ingin menjadi seorang upahan apanya saja.

“Hidup yang dipulihkan” selalu di awali dengan perenungan, penyesalan akan dosa-dosanya dan melakukan tindakan.

Si bungsu kembali kepada ayahnya, dan meminta pengampunan kepada Bapa di sorga dan juga ayahnya.

3. Ketiga, memohonan pengampunan (Luk. 15;21)

Lukas 15:21 (TB)
“Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.”

Aku telah berdosa kepada sorga. Si bungsu dengan hati yang hancur dan dengan penyesalan kembali kepada ayahnya. Dia dengan tulus hati mengakui segala dosa yang telah diperbuatnya.

Kesalahan yang dilakukan cukuplah berat karena telah berdosa terhadap Bapa di sorga dan juga kepada ayahnya.

Aku telah berdosa kepada bapa. Dengan segala pengakuannya si bungsu tidak mengharapkan dirinya di anggap sebagai anak oleh ayahnya.

Dirinya merasa tidak layak untuk disebut sebagai anak lagi dan berharap bisa diterima kembali sebagai seorang pekerja biasa di rumah ayahnya.

Kesimpulan: “Hidup yang dipulihkan”

Kehidupan si bungsu yang dipulihkan merupakan sikap pertobatan yang tulus dan penuh dengan kerendahan hati.

Inilah juga menjadi inti dari pesan perumpamaan, yaitu bahwa Allah penuh kasih dan siap mengampuni mereka yang bertobat dan kembali kepada-Nya, tidak peduli seberapa besar dosa yang telah dilakukan.

Related posts