Rasul Paulus memberi nasehat untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang benar adalah dengan tidak menajiskan diri dengan berbagai perbuatan dosa, inilah ibadah yang sejati.
Tubuh adalah bait Allah, menjaga kekudusan hidup merupakan penghormatan kepada Allah yang kudus dan Paulus menyebutnya sebagai ibadah yang sejati.
Bacaan Firman Tuhan hari ini dari Roma 12:1: “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”
Dalam kehidupan praktis sehari-hari, orang-orang percaya dituntut untuk menjaga kekudusan hidup dan kemurnian hati mereka.
Ada banyak bentuk persembahan yang benar menurut Alkitab. Misalnya dengan memberikan persembahan perpuluhan, memberikan persembahan ucapan syukur dan memberikan persembahan sulung.
Namun ada yang lebih utama dari persembahan tersebut, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang kudus kepada Allah. Tidak ada gunanya seseorang beribadah kepada Allah apabila hati dan perbuatannya sangat jahat.
Persembahan yang hidup dan yang kudus
Roma 12:1: “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”
Paulus memberikan nasehat bahwa ibadah yang benar dan sejati adalah menjaga tubuh dan hati supaya tidak dosa.
Inilah yang sebenarnya Allah kehendaki, Ia menghendaki supaya orang percaya memuliakan nama-Nya melalui perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari.
Apabila melihat ayat-ayat selanjutnya, maka persembahan yang benar dan sejati yang dimaksud adalah orang percaya harus mengalami perubahan dalam hidupnya.
Mereka harus menjaga kekudusan dan kesucian hidup sebagaimana Allah adalah kudus, sehingga bisa membedakan mana kehendak Allah dan yang berkenan kepada-Nya.
Orang-orang yang sudah diselamatkan dan dimerdekakan dari dosa ternyata tidak mudah, karena mereka harus menjaga kekudusan hidup. Mereka harus memberikan persembahan yang benar kepada Allah melalui hidup mereka.
Menjaga kekudusan hidup juga menjadi tanda sebuah pertobatan, bahwa mereka sudah meninggalkan kehidupan yang lama dan hidup dalam Terang Yesus Kristus.
Dengan demikian, ia mengalami perubahan hidup dan pertumbuhan iman yang semakin sempurna di dalam Kristus.
Ini adalah ajaran yang sangat penting, mampukah orang percaya berubah dan memberikan persembahan yang benar melalui hidupnya kepada Allah?
Ini menjadi pertanyaan yang sulit dijawab, karena masing-masing pribadi bertanggung jawab terhadap hidupnya kepada Allah.
Ada yang sungguh-sungguh bertobat dan bertumpu dalam iman, tetapi ada yang masih hidup mengangkat manusia lama mereka.
Menjaga kekudusan hidup
Roma 12:1: “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”
Paulus memberikan nasehat dalam Kitab Roma 12:1 mengenai mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Ini adalah dasar dan persekutuan yang benar di dalam Kristus.
Banyak orang yang datang beribadah tetapi hati dan kehidupan mereka busuk, mereka belum sungguh-sungguh berubah dan mengalami sebuah pertobatan.
Di dalam Perjanjian Lama, Israel berada di bawa hukum Taurat yang memaksa mereka harus benar-benar suci dan kudus di hadapan Allah.
Setiap orang yang berdosa maka tidak diperkenankan untuk mengikuti ibadah di dalam kemah suci. Sehingga setiap orang yang berdosa terlebih dahulu harus mempersembahkan korban penghapusan dosa melalui perantara Imam.
Setelah mereka menjadi tahir, barulah mereka boleh mengikuti ibadah. Oleh sebab itu, menjaga kekudusan hidup dalam Kitab Taurat sangat diutamakan, karena Allah sendiri adalah Kudus.
Apakah Tuhan berkenan dengan ibadah orang-orang yang berlaku jahat seperti melakukan zina, memutarbalikan kebenaran, koruptor atau pun mereka yang suka berbohong? Tentu saja tidak!
Apabila tubuh mereka berdosa dan najis, bagaimana mungkin bisa mereka memuliakan Allah?
Menjaga kekudusan hidup bagi orang-orang percaya tunduk terhadap kehendak Allah dan tidak hidup menurut kemauan diri sendiri.
Tidak mencemarkan tubuh mereka dengan melakukan berbagai dosa karena tubuh mereka adalah, dan roh Allah ada di sana.
Memahami arti kekudusan hidup
Roma 12:1: “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”
Mana yang jauh lebih baik, mempersembahkan uang persembahan atau mempersembahkan tubuh yang kudus kepada Tuhan?
Meskipun ini adalah dua hal yang berbeda, namun Allah menghendaki sebuah persekutuan dan ibadah yang kudus.
Hal ini juga yang ditekankan Allah kepada bangsa Israel, bahwa ibadah mereka di bait Allah benar-benar menjadi persekutuan yang kudus bagi Allah.
Tidak ada seorang pun yang boleh mencemari dan mempermainkan ibadah tersebut. Jika mereka cemar dan najis, maka Allah menghukum mereka.
Ini menunjukkan bahwa betapa suci dan kudusnya persekutuan dengan Allah. Ibadah dan persekutuan kita dengan Allah tidak boleh dibuat main-main, Ia menghendaki ibadah yang benar.
Ini menjadi perenungan kita sebagai orang-orang percaya. Apakah selama ini kita menghargai kesucian dan kekudusan dalam beribadah?
Jika Allah itu kudus dan suci, maka kita juga harus merawat dan menjaga tubuh dan hati kita, firman Tuhan mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah.
Kesadaran tentang kesucian dan kekudusan hidup sangat penting, supaya orang percaya dapat terus bertumbuh dalam iman dan menjadi dewasa secara rohani dan semakin sempurna di dalam Kristus.
Memberi persembahan yang benar
Orang-orang yang mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang benar dan berkenan kepada Allah tidak akan menjadi serupa dengan dunia ini (ay. 2).
Firman Tuhan mengatakan jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah melalui pembaharuan budimu.
Orang percaya tidak boleh hidup dengan cara-cara dunia. Misalnya mencuri, merampok, berzina, melakukan kejahatan atau mengingini milik orang lain. Mereka harus berubah dan mengalami pembaharuan hidup, berubah menjadi lebih baik.
Ciri-ciri orang yang memberikan persembahan yang benar adalah tidak memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut dipikirkan (ay. 3).
Hal ini bertujuan supaya orang-orang percaya dapat menguasai diri dan tidak jatuh dalam pencobaan dan menjadi berdosa.
Ciri-ciri yang kedua adalah melayani Tuhan dengan karunia yang dimiliki (ay. 6-7). Sebagai anggota tubuh Kristus yang memiliki karunia yang berbeda-beda, penting sekali untuk saling melengkapi dalam melayani Tuhan.
Apabila memiliki karunia melayani, mengajar, menasehati, bernubuat atau karunia yang lain, hendaknya ia terlibat dalam pelayanan.
Melayani Tuhan harus dilakukan dengan tulus ikhlas dan tanpa paksaan, supaya nama Tuhan dipermuliakan.
Mempersembahkan dan menggunakan tubuh untuk melayani Tuhan adalah pelayanan dan ibadah yang sejati.
Seharusnya umat Tuhan memiliki kerinduan yang seperti ini, lebih mengutamakan pelayanan dari pada kesibukannya sendiri.
Kesimpulan
Menjaga kekudusan hidup dan mempersembahkan diri untuk melayani Tuhan merupakan panggilan mulia dan berkenan kepada Allah.
Kita dilarang untuk menggunakan tubuh ini melakukan perbuatan-perbuatan yang cemar dan berdosa, Allah menghendaki kita menjaga kekudusan hidup.
Oleh sebab itu, mari bersama-sama belajar untuk memberikan persembahan yang benar kepada Allah. Melalui kekudusan hidup dan terlibat dalam berbagai pelayanan, maka kita sedang memuliakan nama Tuhan.
Allah telah memberikan kepada kita kemampuan dan berbagai talenta yang berbeda-beda, maka sudah sepatutnya talenta tersebut gunakan untuk melayani Tuhan.
Semoga Tuhan Yesus Kristus dan persekutuan di dalam Roh Kudus menolong kita supaya mampu memberikan persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah.