Firman Tuhan hari ini mengatakan “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah Tuhan, yang terus-menerus memuji-muji Engkau” (Mzr. 84:5).
Orang-orang yang diam dan rindu untuk beribadah di rumah Tuhan atau Bait Suci memang layak untuk disebut “berbahagia.” Mengapa demikian? Karena mereka adalah orang-orang yang setia dan takut akan Tuhan
Mazmur 84 merupakan mazmur ziarah dari Bani Korah. Setiap mazmur biasanya mengandung tema dan makna yang terkait dengan perjalanan rohani, keselamatan, kuasa Tuhan dan perayaan di dalam ibadah.
Biasanya, mazmur-mazmur ini dinyanyikan sebagai bagian dari ibadah ziarah atau perjalanan menuju Yerusalem dalam rangka memuliakan Allah.
Mazmur Ziarah menunjukkan perasaan syukur, pengharapan, dan kesetiaan kepada Allah di tengah perjalanan hidup yang sering kali penuh tantangan.
Oleh sebab itu, ungkapan “diam di rumah Tuhan” merupakan sebuah kerinduan bagi bangsa-bangsa Israel dari berbagai tempat untuk beribadah di Yerusalem.
Apakah orang-orang percaya hari ini juga rindu untuk datang dan beribadah dan memuji-muji nama Tuhan? Marilah kita renungkan sejenak firman Tuhan hari ini dari Mazmur 84:6.
Diam di rumah Tuhan
Mazmur menuliskan kebahagiaan orang-orang Israel dari berbagai tempat menuju Yerusalem untuk beribadah.
“Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah Tuhan, yang terus-menerus memuji-muji Engkau” (Mzr. 84:5).
Mazmur ziarah ini juga menggambarkan hubungan yang mendalam antara umat Allah dengan Tuhan mereka. Bagaimana mereka memiliki pengharapan akan pertolongan Tuhan dan perlindungan-Nya di sepanjang perjalanan kehidupan.
Bait Allah atau kemah Suci merupakan tempat peribadatan Israel pada zaman Musa sampai kepada raja-raja dalam Perjanjian Lama sebelum masa pembuangan.
Bait Suci juga menjadi tempat yang sakral bagi Israel karena kehadiran Allah bersama umat-Nya terjadi di tempat itu. Walaupun dalam arti yang lebih luas Allah bisa hadir di mana saja karena Ia adalah Mahakuasa.
Yerusalem merupakan tempat spiritual yang memiliki dasar historis teologis bagi Israel. Perjanjian Sinai menjadi perjanjian yang mengikat bahwa Israel akan setia dan beribadah kepada Allah sampai selama-lamanya.
Mazmur 84 menunjukkan dengan jelas betapa orang-orang Israel sangat merindukan momen-momen mereka beribadah kepada Allah. Ada satu kebanggaan tersendiri bagi setiap umat yang diam di rumah Tuhan.
Dalam masa-masa peperangan dan masa pembuangan memang beribadah kepada Tuhan merupakan hal yang sangat dirindukan.
Alkitab tidak menjelaskan secara detail mengenai kapan mazmur Bani Korah ini ditulis. Mazmur 84 menggambarkan bagaimana semangat dan kerinduan bangsa Israel kepada rumah Tuhan tidak pernah berubah.
Inilah yang terpenting, meski waktu dan zaman telah berubah mereka tetap memiliki hati yang sama yaitu takut akan Dia.
Bagaimana dengan orang-orang percaya masa kini? Apakah mereka juga merindukan rumah Tuhan dan ingin beribadah kepada-Nya?
Merindukan rumah Tuhan
Dalam kehidupan kekristenan masa kini, merindukan rumah Tuhan haruslah menjadi prioritas kehidupan kita. Meskipun banyak agenda pekerjaan, ada baiknya untuk menyiapkan waktu khusus untuk beribadah kepada Tuhan di gereja.
Mazmur 84:2 menuliskan “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu,” yang menunjukkan bahwa rumah Tuhan begitu di cintai umat-Nya.
Datang dan berada di rumah Tuhan merupakan hal yang membanggakan dan menyenangkan. Di sanalah ada persekutuan, kebahagiaan yang sejati dan naungan Allah yang Maha Tinggi.
Setiap makhluk yang hidup selalu berada dalam kuasa dan penyertaan-Nya, demikianlah para peziarah bersorak-sorai sambil memuji Allah menuju Yerusalem untuk beribadah.
Beribadah kepada-Nya
Beribadah kepada Tuhan merupakan sebuah panggilan yang membahagiakan bagi umat-Nya, demikianlah Mazmur 84:6 menuliskan.
Orang-orang yang diam dalam rumah Tuhan disebut dengan “berbahagia.” Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan dan kesetiaan kepada Allah adalah hal yang membanggakan.
Namun tidak semua orang rindu untuk datang ke rumah Tuhan dan beribadah. Masih ada orang-orang yang sering tidak memiliki waktu untuk berdoa dan datang beribadah di gereja.
Ada juga yang lebih mengutamakan pekerjaan dan liburan bersama keluarga. Tentulah sikap yang seperti ini sangatlah menyedihkan sekali dan banyak muncul di dalam gereja saat ini.
Oleh sebab itu, ada dua hal yang sering berlawanan dan berbenturan di dalam diri manusia, yaitu ketaatan dan ketidaktaatan atau kesetiaan dan ketidaksetiaan.
Masing-masing orang berada dalam salah satu sisi hal ini. Jika demikian, bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Sudahkan kia setia dan taat kepada Tuhan?
Biarlah ini menjadi perenungan dan refleksi bagi umat Allah saat ini. Semoga semakin hari semakin bertumbuh, semakin setia dan taat kepada Allah dan firman-Nya.