Dosa menurut Alkitab adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum Allah yang dilakukan melalui perkataan, pikiran dan tindakan yang disengaja.
Alkitab mengajarkan bahwa dosa pertama kali masuk ke dalam dunia melalui pemberontakan Adam dan Hawa terhadap perintah di Taman Eden.
Mereka tidak taat dan melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.
Peristiwa ini dikenal sebagai dosa asal atau dosa warisan yang menyebabkan seluruh umat manusia mengalami akibatnya.
Akibatnya, dosa menguasai dan memperbudak manusia sehingga menyebabkan hubungan manusia dengan Allah menjadi rusak.
Dampak yang paling parah adalah hubungan manusia dengan sesamanya dan alam juga menjadi rusak. Kuasa dosa dan keserakahan tersebut telah membawa manusia semakin hari semakin jauh dari Allah.
Dosa menjadi penyebab pemisahan manusia dari Allah dan dapat menyebabkan penderitaan, kehancuran, dan juga kematian.
Konsep dosa menurut Alkitab
Dalam Perjanjian Lama, hukum-hukum Allah dan Hukum Taurat menjadi standar moral bagi kehidupan bangsa Israel. Dosa dapat berupa pelanggaran terhadap hukum-hukum ini atau kegagalan untuk memenuhi kewajiban di dalam ibadah.
Meskipun dosa telah memisahkan manusia dari Allah, namun Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu penuh kasih sehingga tidak membiarkan manusia binasa karena dosa-dosanya.
Sejak semula, Allah memang telah merencanakan jalan penebusan dosa melalui kasih karunia-Nya. Hal ini dikarenakan manusia dengan segala pengetahuannya tidak mampu mengenal Allah dengan benar.
Oleh sebab itu, manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib merupakan jalan keselamatan yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri.
Alkitab menjelaskan bahwa satu-satunya jalan keselamatan yang ditetapkan oleh Allah hanya melalui Yesus Kristus dan tidak ada jalan yang lain. Demikianlah konsep dosa menurut Alkitab.
Istilah dosa di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Sedikitnya ada 20 kata dasar yang menjelaskan dosa menurut Alkitab, delapan kata dasar dalam Perjanjian Lama dan dua belas dalam Perjanjian Baru.
Kata dasar tersebut digunakan untuk menjelaskan pengertian dosa yang lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Misalnya penggunaan kata “khata” dan “hamartia” yang berarti tidak mengenai sasaran atau mengenai sasaran yang keliru.
Artinya bahwa apabila seseorang melakukan perbuatan tertentu yang melanggar hukum Allah maka mereka berdosa. Hal ini dikarenakan perbuatan mereka tidak tepat sasaran, yaitu menaati Allah dan hukum-hukum-Nya.
Tentulah hal ini akan menolong dan memudahkan kita untuk mempelajari berdasarkan arti dan definisi dari kata-kata yang di gunakan untuk menunjukkan dosa dan perbuatan jahat manusia.
Dosa menurut Alkitab: Perjanjian Lama
Setidaknya adalah delapan kata dasar yang bisa menjadi dasar untuk menjelaskan konsep dosa dalam Alkitab di dalam Perjanjian Lama. Delapan kata dasar tersebut akan dijelaskan di bawah ini secara sederhana.
1. Kata dasar Khata
Kata dasar ini muncul sekitar 522 kali di dalam Perjanjian Lama. Khata memiliki arti tidak mengenai sasaran dan sejajar dengan kata Yunani “hamartia.” Namun pengertian tidak mengenai sasaran ini juga mencakup pencapaian secara tertentu yang lain.
Maksudnya adalah apabila seseorang tidak mencapai sasaran yang tepat lalu berdosa, maka ia mengenai sasaran yang keliru.
Gagasan itu tidak hanya dalam arti yang pasif ( kehilangan suatu sasaran) tetapi juga dalam arti yang aktif ( mengenai sasaran lainnya).
“Khata” digunakan untuk menjelaskan dosa kejahatan moral, penyembuhan berkala dan yang berhubungan dengan upacara ibadah.
Beberapa ayat Alkitab menjelaskan perkara ini adalah di dalam Keluaran 20:20, Habakuk 20:1-6 dan Amsal 8:36.
2. Kata dasar Ra
Dosa menurut Alkitab di dalam Perjanjian Lama selanjutnya dijelaskan dengan penggunaan kata “ra.” Ra ditetapkan sekitar 440 kali dalam Perjanjian Lama dan sepadan dengan kata Yunani kokos dan poneros.
Arti utama dari kata “ra” adalah menghentikan atau menghancurkan. Kata ini sering kali diartikan sebagai malapetaka atau menjaga dan banyak sekali diterjemahkan dengan kata jahat.
Kata ini bisa juga menyatakan sesuatu yang perkara salah maupun sesuatu yang salah secara moral (Kej. 3:5; 38:7; Hak. 11:27).
Dalam kitab Yesaya 45:7 dikatakan bahwa Allah menjadikan terang dan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan “ra” (malapetaka/nasib malang).
Beberapa penafsir menjelaskan ini dengan malapetaka, dan yang lainnya memahaminya sebagai kejahatan. Jika yang terakhir ini diterima, maka malapetaka tersebut disebabkan oleh kejahatan manusia yang begitu amat berat.
Tanggung jawab atas perbuatan dosa itu terletak pada manusia dengan segala konsekuensinya yang begitu mengerikan. Misalnya Allah menghukum manusia dengan air bah pada zaman Nuh.
3. Kata dasar Pasha
Konsep dosa menurut Alkitab selanjutnya juga dijelaskan dengan penggunaan kata “pasha.” Arti utama dari kata ini adalah pemberontak, meskipun biasanya juga diterjemahkan sebagai pelanggaran.
Perilaku Israel yang melawan Allah sering disebut dengan istilah memberontak atau melanggar perjanjian-Nya dengan Allah.
4. Kata Awon
Kata ini mencakup pengertian perbuatan salah maupun transaksi, yang dalam pemikiran Ibrani sangat bertautan (1 Sam. 3:13).
Perhatikan pemakaiannya sehubungan dengan Hamba yang menderita (Yes. 53:6) dan yang berhubungan dengan dosa yang bersifat menantang (Bil. 15:30-31).
5. Kata Shagag
Kata “shagog” berarti melakukan kesalahan atau menyimpang seperti yang mungkin dilakukan oleh seekor domba atau seseorang yang tersesat (Yes. 28:7).
Kata ini juga menunjuk kepada kesalahan yang diperbuat oleh seseorang yang merasa bertanggung jawab.
Dalam kaitan dengan Taurat, orang yang menyimpang atau tersesat bertanggung jawab karena tahu apa yang telah diperintahkan oleh Taurat.
6. Kata Asham
Hampir semua penggunaan kata ini berkenaan dengan upacara keagamaan yang dilakukan atau ditampilkan yang tertulis dalam kitab Imamat, Bilangan dan Yehezkiel.
7.Kata Rasha
Kata ini jarang digunakan sebelum masa pembuangan dan sering terdapat di dalam kitab Mazmur, Yehezkiel dan kitab kebijaksanaan (Hikmat).
Artinya adalah kejahatan lawan dari kebenaran (Kel. 2:13; Mzm. 9:17; Ams. 15:9; Yeh. 18:23).
8. Kata Taah
Kata “taah” memiliki arti menyimpang dan tersesat. Taah merujuk kepada dosa yang dilakukan secara sengaja dan bukan kebetulan. Walaupun pelaku tidak menyadari ruang lingkup dari dosa ini (Yes. 53:6; Yeh. 44;10,15).
Dari penyelidikan kata di atas maka dapatlah ditarik kesimpulan tentang arti dosa yang diajarkan dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pertama, dosa terdiri dari berbagai kategori. Dosa bisa berupa banyak bentuk, yakni dari dosa kecil dan dosa yang sangat berat.
Hal ini terlihat dari berbagai kata dasar yang digunakan beserta maknanya, dengan demikian bangsa Israel dapat menyadari perbuatan dosa yang telah dilakukan.
Kedua, dosa adalah hal yang bertentangan dengan norma dan pada dasarnya dosa itu merupakan ketidaktaatan kepada Allah.
Ketiga, karena ketidaktaatan mencakup pemikiran positif maupun negatif, maka dosa merupakan perbuatan yang melanggar ketetapan Allah.
Dosa bukan saja merupakan perbuatan yang tidak mencapai sasaran, melainkan juga sebagai tindakan mencapai sasaran yang salah atau keliru.
Dosa menurut Alkitab: Perjanjian Baru
Sedikitnya ada 12 kata dasar yang menjelaskan tentang konsep dosa menurut Alkitab, khususnya dalam Kitab Perjanjian Baru.
1. Kata kakos
Kata Kakos memiliki arti buruk atau tidak baik, kata tersebut kadang-kadang menunjuk kepada keadaan fisik yang buruk seperti penyakit (Mrk. 1:32).
Namun dalam banyak kasus, kata ini biasanya juga menyatakan keadaan moral yang buruk (Mat. 21:41; 24:48).
2. Kata Poneros
Poneros ini merupakan istilah dasar untuk kata “kejahatan” dan hampir selalu menunjuk tentang kejahatan moral (mat. 7:11; 12:39; Kis. 17:5; Rm. 12:9).
Kata ini juga sering digunakan untuk menggambarkan kejahatan secara moral, seperti perilaku atau karakter yang jahat atau sesat.
Misalnya di dalam Kitab Matius 5:37, Yesus mengatakan, “…. apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Ini mengacu pada sifat jahat atau suatu tindakan yang tidak bermoral.
Selain itu, kata “poneros” juga digunakan untuk merujuk pada musuh rohani, yaitu Iblis atau Setan. Misalnya seperti dinyatakan di dalam Efesus 6:16, di mana disebutkan “panah api dari si jahat,” merujuk pada upaya Iblis untuk menyesatkan dan mencelakakan orang-orang percaya.
3. Kata Asebes
Asebes artinya adalah tanpa Allah, kata ini muncul paling banyak dalam surat 2 Petrus dan Yudas yang berarti orang-orang yang murtad dari Allah.
Mereka yang belum diselamatkan disebut sebagai orang-orang durhaka (Rm. 4:5; 5:6). Kadang-kadang kata ini muncul bersama kata-kata lainnya yang memberi pengertian tentang dosa (Rm. 1:8; Kis, 19:12).
4. Kata Enokhos
Kata Enokhos dalam Alkitab digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang bersalah atau terbukti melakukan kesalahan dan pelanggaran hukum.
Enakhos juga memiliki arti dasar sebagai “bersalah” atau “terdakwa” dalam konteks hukum atau peradilan sehingga layak untuk mendapatkan hukuman mati.
Tuhan Yesus mengajar murid-muridnya untuk tidak membunuh atau marah tanpa alasan yang baik. Dia mengatakan, “Jangan membunuh, siapa yang membunuh harus di hukum. Setiap orang yang marah kepada saudaranya harus dihukum” (Mat. 5:21-22).
Pada waktu pengadilan Yesus, Imam Besar berkata Bagaimana pendapat kamu?” Mereka menjawab dan berkata: ”Ia harus dihukum mati!” (Mat. 26:26).
Hal ini menunjukkan bahwa Yesus dianggap bersalah dan menjadi terdakwa. Kata “bersalah” di sini juga berasal dari “enokhos”.
Kata Enokhos biasanya menyatakan sebuah kejahatan yang layak untuk mendapatkan atau patut untuk di hukum mati (Mat. 5:21-22; Mrk. 14:64; Yak. 2:10).
5. Hamartia
Kata Hamartia paling sering menyatakan tentang dosa, muncul dalam berbagai macam bentuknya sekitar 227 kali. Apabila seseorang pengarang ingin memakai kata yang mempunyai arti dosa maka kata inilah yang dipakai.
Hamartia berarti tidak mencapai sasaran, dan sama seperti dengan “khata” dalam Perjanjian Lama, mencakup tindakan dalam arti positif maupun negatif. Dosa berarti mencapai sasaran lain yang tidak semestinya.
Dalam Perjanjian Baru kata hamartia banyak digunakan untuk menggambarkan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah atau firman-Nya.
Ini bisa berupa tindakan, perkataan, atau pikiran yang tidak sesuai dengan standar moral yang ditetapkan oleh Allah sendiri.
Kata hamartia banyak merujuk kepada kegagalan manusia untuk mencapai atau memenuhi standar moral atau tujuan yang dikehendaki oleh Allah.
Dalam hal ini, hamartia menunjukkan ketidakmampuan manusia dalam menjalani kehidupan yang benar di hadapan Allah.
6. Adikia
Kata “adikia” berarti setiap pelaku yang tidak benar dalam arti yang sangat luas. Kata ini dipakai untuk menyatakan tentang orang-orang yang belum diselamatkan (Rm. 1:18) dan tindakan-tindakannya (2 Tes. 2:10).
7. Anomos
Kata ini seringkali diterjemahkan dengan “kedurhakaan.” Kata ini berarti melanggar hukum dalam arti yang sangat luas (Mat. 13:41; 24:12; 1 Tim. 1:9).
8. Parabates
Kata ini berarti melanggar atau orang yang berdosa. Biasanya kata ini dihubungkan dengan pelanggaran khusus terhadap hukum (Rm. 3:23; 5:14; Gal. 3:19; Ibr. 9:15).
9. Agnoein
Kata ini berhubungan dengan ibadah yang keliru yang ditunjukkan kepada allah lain selain Allah yang benar (Kis 13: 27); Rm. 2:4).
Kekeliruan ini membuat seseorang bersalah sehingga mereka membutuhkan penebusan dosa (Ibr. 9:7).
10. Planao
Kata “planao” sering digunakan untuk menggambarkan kesesatan moral atau spiritual, yaitu mengarahkan seseorang jauh dari kebenaran Allah atau dari jalan yang benar.
Misalnya seperti di dalam 1 Timotius 4:1, disebutkan bahwa beberapa orang akan menyesatkan (planao) jemaat dengan doktrin-doktrin palsu atau ajaran palsu.
Lebih lanjut kata “Planao” juga digunakan secara harfiah untuk merujuk kepada kehilangan arah atau jalan yang benar. Misalnya, dalam 2 Petrus 2:15, tertulis bahwa Bileam “tersesat” (planao) dari jalan kebenaran.
11. Paratoma
Kata “paratoma” dapat merujuk kepada kesalahan, pelanggaran atau perbuatan dosa. Ini adalah tindakan atau kegagalan untuk mematuhi kehendak Allah yang merupakan pelanggaran terhadap standar moral-Nya.
Kata tersebut dipakai Paulus sebanyak 6 kali untuk menunjukkan perbuatan-perbuatan dosa yang sengaja dilakukan.
12. Hipokrisis
Ada tiga pengertian dari kata hipokrisis. Pertama, menafsirkan secara keliru sebagaimana yang mungkin dilakukan. Kedua, berpura-pura bertindak sebagai aktor. Ketiga, mengikuti tafsiran yang jelas-jelas salah.
Pengertian ini tampaknya terdapat dalam kasus ketidaktegasan Petrus dalam Galatia 2:11-21. Pengajar-pengajar sesat dan palsu pada akhir zaman akan memberikan penafsiran yang keliru.
Mereka berpura-pura seperti orang benar sehingga banyak orang yang akan mengikuti pengajaran mereka (1 Tim. 4:2).
Orang-orang yang munafik pertama-tama menipu diri mereka sendiri dengan mengubah salah satu menjadi yang benar, dan kemudian mereka menyesatkan orang lain. Sifat dosa ini sangat berbahaya sekali.
Jika ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas maka perjanjian Baru memberikan pengajaran tentang proses sebagai berikut: Pertama, selalu ada ukuran yang jelas terhadap dosa yang dilakukan seseorang.
Kedua, sesungguhnya semua dosa adalah pemberontakan secara positif terhadap Allah, dan suatu pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan-Nya.
Ketiga, kejahatan dapat mengambil berbagai macam bentuk. Kempat, tanggung jawab manusia pasti dapat dipahami secara jelas.