Kasih yang sejati adalah kasih yang sempurna, rela berkorban dan tanpa pamrih, ia mengasihi sesama sesama manusia seperti dirinya sendiri.
Betapa pentingnya kasih ini di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kasih maka akan tercipta suasana yang damai, tentram dan penuh kebahagiaan.
Mengasihi merupakan perintah, sehingga tidak ada alasan untuk membenci saudara, keluarga atau pun sesama kita.
Demikian Tuhan Yesus menyatakan isi dari keseluruhan kitab para Nabi, yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.
Kitab Matius 22:37-40 juga menjelaskan mengenai perintah untuk mengasihi. Ayat 37 mengatakan demikian, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Hukum kedua yang sama dengan itu adalah “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kasih adalah inti dari kehidupan orang-orang percaya, karena dengan kasih itu kita dipersatukan kembali dengan Allah.
Kasih yang diajarkan oleh Tuhan Yesus adalah kasih yang abadi atau kasih kekal, sebagaimana kasih Kristus kepada gereja-Nya.
Jika demikian, mampukah kita memiliki kasih yang kekal itu? Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan hal ini.
Memiliki kasih yang sejati
Ulangan 11:1 mengatakan: “Haruslah engkau mengasihi TUHAN Allahmu dan melakukannya dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya.”
Ayat di atas juga menjelaskan bagaimana umat Israel harus mengasihi Allah dan taat kepada segala ketetapan dan hukum-hukum-Nya.
Ada banyak ayat-ayat firman Tuhan yang berbicara dan mengajarkan tentang kasih. Oleh sebab itu, dapatlah dipahami bahwa kasih merupakan sifat Allah dan Ia menghendaki umat-Nya untuk melakukan hal itu.
Dasar yang paling sederhana dan mudah untuk dipahami adalah di dalam Matius 22:39, yang mengatakan demikian: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Dasar untuk memiliki kasih yang sejati adalah dengan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Apakah mungkin ini bisa dilakukan oleh kita sampai hari ini? Bukan kasih manusia itu selalu bersyarat dan terbatas?
Mengasihi keluarga dan orang-orang terdekat tentulah mudah untuk dilakukan, tetapi mengasihi musuh dan orang-orang yang menyakiti kita ini tidak mudah.
Inilah yang menjadi tantangan dan doa-doa kita sampai hari ini. Mampukah kita menerima segala perbedaan, kelebihan dan kekurangan pasangan maupun sesama kita?
Kasih yang sempurna adalah kasih yang memaafkan
Dasar dalam memiliki kasih yang sejati yang pertama adalah memiliki kemampuan untuk mengampuni.
Pengampunan yang dimaksud adalah memaafkan dengan sepenuh hati orang-orang yang berbuat salah dan menyakiti diri kita.
Mengampuni berarti tidak lagi membenci, mendendam dan menyimpan kesalahan orang lain. Pengampunan ini dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri.
Dia telah mengampuni dosa-dosa manusia yang telah menyakiti-Nya berulang kali. Tidak peduli seberapa banyak dosa-dosa kita, Dia selalu menanti kita untuk kembali pada-Nya.
Tuhan Yesus juga mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid. Ada kalimat yang indah di dalam doa tersebut apabila kita memperhatikannya dengan seksama.
Demikian bunyinya: “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Teks tersebut dapatlah diartikan bahwa bagaimana cara kita mengampuni sesama itu juga yang Tuhan akan pakai untuk mengampuni kita.
Ketika seseorang bisa mengampuni, maka ia akan menjadi dewasa di dalam iman. Ia akan memiliki hati yang baru dan hidup yang baru.
Kemurnian hati seseorang tentulah harus di uji terlebih dahulu, dan Allah telah memproses anak-anak-Nya untuk memiliki hati yang baru itu.
Oleh sebab itu, setiap didikan Tuhan selalu mengarahkan dan membimbing kita kepada kasih yang sempurna.
Bertekun di dalam doa
Kasih yang sempurna dapat diperoleh melalui tekun dalam berdoa. TUHAN akan selalu membimbing, memimpin dan mengarahkan kita kepada jalan-jalan-Nya asalkan kita setia dan bertekun di dalam doa.
Doa akan membuat anak-anak Tuhan peka terhadap ajaran dan didikan-Nya dan Roh Kudus akan bekerja di dalam diri kita.
Dengan tekun berdoa maka kita semua diberikan kemampuan untuk mengampuni dan mengasihi keluarga, pasangan hidup dan juga sesama.
Semua orang bisa berubah dalam sehari, namun kasihmu dan hatimu jangan pernah berubah. Meskipun kamu berada di lingkungan yang kurang baik, maka kamu haruslah tetap menjadi orang yang baik.
Jika orang-orang di sekitarmu mulai menjauh dan meninggalkanmu maka janganlah takut, karena Yesus adalah sahabatmu.
Amsal 16: 32a mengatakan bahwa “Orang sabar melebih seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota.”
Dengan sabar dan mengampuni orang-orang yang bersalah maka hidup kita akan dipulihkan dan diberkati. Kebaikan hatimu akan membuat dirimu berkenan di hati Tuhan, sebagai Daud juga menjadi orang yang dikasihi Allah.
Kitab Amsal juga memberikan peringatan dan pengajaran yang luar biasa sekali bagi kita. Misalnya dalam Amsal 3:2, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Sebagai anak-anak Tuhan yang dimerdekakan, penting untuk terus bersandar dan percaya kepada -Nya. Lebih lanjut juga dikatakan bahwa, “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu” (Ams.3:6).
Kitab Amsal mengingatkan supaya kita mengakui Tuhan dalam segala laku kehidupan kita. Dengan merendahkan diri kita, maka Tuhan akan menuntun kita kepada jalan-jalan-Nya.
Renungkanlah firman Tuhan hari ini, kita menyadari bahwa tidak ada kasih yang sempurna. Namun dengan kasih Kristus setiap orang mampu untuk memiliki kasih yang sejati.
Kiranya Roh Kudus menolong dan memampukan kita semua, Tuhan Yesus memberkatimu selalu, amin.