Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, karena mereka yang setia dan dan tahan uji akan memperoleh mahkota kehidupan. Cobaan dan penderitaan adalah bagian dari perjalanan hidup manusia, tetapi mereka yang percaya dan bergantung kepada-Nya tidaklah dibiarkan sendirian.
Yakobus 1:12 mengatakan, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia.”
Ujian hidup atau penderitaan seringkali membuat iman anak-anak Tuhan menjadi goyah, khawatir dan mengalami ketakutan. Hal ini juga yang di alami oleh orang-orang percaya pada waktu itu sampai sekarang ini.
Renungan hari mengajak kita semua untuk membaca firman Tuhan dari Kitab Yakobus 1:12, lalu merenungkannya secara pribadi dan dengan sungguh-sungguh.
Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan
Mengapa Firman Allah mengatakan berbagialah orang yang bertahan dalam pencobaan? Tentu ayat ini ingin menegaskan bahwa Allah memiliki rencana yang besar melalui penderitaan tersebut.
Apabila mereka tahan uji maka mereka akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Dia.
Ini adalah inti dari nasehat Yakobus, janganlah takut hai orang-orang yang kurang percaya! Bukankah Allah kita adalah Allah yang dahsyat dan Mahakuasa, Ia menciptakan alam semesta dan memeliharanya dengan teratur.
Percayalah dan bergantunglah kepada-Nya dengan setia, maka hidupmu akan berakhir dengan bahagia.
Jangan melawan Allah jika melakukan kesalahan, karena hidupmu tidak akan pernah beruntung dan berhasil.
Lebih baik mengakui kesalahan dengan rendah hati dihadapan-Nya, maka Ia akan mengampuni dan mengangkat kita kembali.
Ada sebuah kisah keluarga sederhana yang selalu bersyukur dan menjalani kehidupannya sehari-hari dengan bahagia.
Ibu Diana tinggal di desa dan hidup bersama dengan anak-anaknya, keluarga ini hidup dengan penuh kesederhanaan. Setiap pagi ia harus berjualan kepasar demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya, ia tidak pernah mengeluh sedikit pun atau berputus asa.
Setiap pagi ia berangkat ke pasar untuk berjualan, beliau sangat ramah dan selalu tersenyum ramah kepada siapapun. Sewaktu-waktu kami memiliki kesempatan untuk bertanya kepadanya.
Ibu Diana, mengapa ibu tidak khawatir atau cemas mengenai kehidupan yang akan datang? Bagaimana dengan kehidupan dan masa depan anak-anak? Ibu Diana menjawab, “hidup mereka berada ditangan yang maha kuasa.”
Jawaban ini tentu mengagetkan kita semua, karena beliau bukanlah orang kristen. Yang unik adalah ibu ini memiliki keyakinan yang kokoh sekali. “Masa depan anak-anaknya berada di tangan yang maha kuasa.”
Kisah ibu Diana tersebut menjadi suatu perenungan pribadi bagi kita semua hari ini. Sudahkah kita bertahan di dalam berbagai pencobaan dan ujian?
Sudahkah kita bertumbuh di dalam iman atau justru sebaliknya, yaitu hidup dengan ketakutan dan kekuatiran?