Mengapa terjadi perceraian? dilema keluarga kristen

Mengapa terjadi perceraian

Mengapa terjadi perceraian? Perceraian terjadi karena pasangan suami-isteri saling egois, merasa tersakiti dan tidak bisa saling mengampuni. Kedua belah pihak atau salah satu pihak biasanya sudah membenci dan tidak mau mengampuni. Pada umumnya perceraian terjadi karena masalah ekonomi, pertengkaran, perselingkuhan dan juga karena kekerasan dalam rumah tangga.

Masalah keluarga memang begitu banyak dan kompleks, namun perceraian bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan berbagai masalah di dalam keluarga. Seharusnya setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala yang dingin.

Namun pada faktanya tidaklah demikian, ada banyak keterbatasan di dalam mempertahankan hubungan tersebut. Khususnya keterbatasan komunikasi, sehingga masalah-masalah yang ada tidak terselesaikan dengan baik. Akibatnya, hubungan menjadi dingin, kurang peduli dan sampai kepada keputusan untuk bercerai.

Ada banyak pasangan suami-isteri yang bercerai karena gagal dalam menyelesaikan msalah-masalah yang ada. Biasanya mereka kurang saling terbuka, egois, tidak saling mendukung dan tidak memiliki kerendahan hati.

Perceraian keluarga kristen

Mengapa terjadi perceraian? Perceraian terjadi juga karena masalah perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga. namun lebih banyak disebabkan oleh faktor ekonomi dan keegoisan masing-masing.

Perceraian adalah tindakan yang disengaja untuk memutuskan ikatan dan janji suci dalam pernikahan. Janji yang diucapkan oleh pasutri di gereja (janji pernikahan) untuk setia sampai maut memisahkan sering hanya dianggap sebagai simbol. Padahal janji tersebut adalah janji setia dihadapan Tuhan, yang seharusnya mereka jaga sampai mati.

Perceraian keluarga kristen seharusnya menjadi topik dan masalah utama bagi gereja. Karena peran gereja dan pemimpin kristen dipertanyakan dalam hal ini? Apa solusi yang mereka tawarkan untuk menekan kasus perceraian yang terus terjadi?

Masalah yang kompleks jadi penyebab utama meningkatnya kasus perceraian keluarga Kristen, sehingga ini menjadi perhatian dan masalah serius bagi kekristenan masa kini.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan supaya perceraian tidak terjadi di dalam keluarga Kristen, di antaranya dijelaskan di bawah ini.

1. Mengapa terjadi perceraian? tidak memiliki komitmen bersama

    Mengapa terjadi perceraian? Karena pasangan suami-isteri tidak memiliki komitmen bersama. Membangun dan memelihara keutuhan rumah tangga tentu tidak mudah, hal ini membutuhkan sikap saling percaya dan memiliki komitmen bersama.

    Komitmen bersama bisa memampukan dan membuat masing-masing pribadi bijak dalam mengambil keputusan dan juga dalam menyelesaikan berbagai masalah. Komitmen juga menumbuhkan rasa saling menjaga dan saling percaya, sehingga mereka mengasihi dan bukan saling melukai.

    Jika ada pasangan yang tidak setia dengan melakukan perselingkuhan, maka mereka dapat belajar melalui kasus tersebut. Ingatlah bahwa perceraian bukanlah jalan yang terbaik, karena Tuhan tidak pernah menghendaki sebuah perceraian.

    Oleh sebab itu, membangun kepercayaan dan komitmen kepada janji yang mula-mula pada pernikahan di gereja bisa membuat pasangan kembali pada komitmen awal. Khususnya untuk saling setia, saling menerima dan saling menjaga sampai maut memisahkan.

    Dengan kembali kepada janji dan komitmen awal, maka setiap badai hidup dan permasalahan yang ada dapat dibicarakan dan diselesaikan secara baik-baik. Dengan hidup dalam kebenaran firman-Nya, maka Allah akan menolong dan memampukan. Khususnya dalam melewati badai dan berbagai persoalan yang datang.

    2. Cakap dalam menyelesaikan masalah

      Mengapa perceraian terjadi? Karena pasangan suami-isteri tidak cakap dalam menyelesaikan masalah. Tidak semua orang memiliki kecakapan dalam menyelesaikan masalah, meskipun mereka adalah pemimpin-pemimpin rohani di dalam gereja.

      Karena pada zaman sekarang ini, banyak sekali pemimpin-pemimpin kristen yang juga gagal dalam memelihara keutuhan rumah tangga mereka. Hal ini juga menunjukkan pengetahuan dan umur tidak menentukan atau menjadi patokan kedewasaan dalam berumah tangga.

      Adakalanya pemimpin rohani juga tidak memiliki kecakapan dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dalam rumah tangganya. Oleh sebab itu, semua keluarga Kristen dituntut untuk memiliki kecakapan dalam menyelesaikan masalah.

      Pasangan suami istri yang tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada akan mengambil jalan pintas, yaitu mengambil keputusan perceraian.

      Karena tidak memiliki kecakapan, maka adakalanya perceraian menjadi pilihan utama bagi keluarga-keluarga Kristen untuk mengakhiri pernikahannya.

      Padahal seharusnya tidaklah demikian, karena setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya. Oleh sebab itu, jika memilik persoalan dan masalah secepatnya harus diselesaikan. Jangan pernah menunda dan akhirnya berlarut-larut dan hal ini membutuhkan kemauan dari kedua belah pihak.

      3. Dewasa rohani

        Mengapa terjadi perceraian? Karena pasangan suami-isteri belum dewasa secara rohani. Langkah ketiga untuk menjaga dan memelihara keutuhan rumah tangga dibutuhkan sikap dewasa secara rohani. Berbicara dewasa secara rohani tentu tidak dihubungkan dengan umur dan juga pengalaman, namun dihubungkan kepada kesetiaannya kepada Allah.

        Dewasa rohani dihubungan dengan kesetiaan dalam beribadah di gereja dan rajin mengikuti persekutuan-persekutuan. Dewasa secara rohani juga berbicara tentang disiplin rohani, yakni memiliki waktu khusus untuk berdoa, membaca firman dan doa bersama dengan keluarga.

        Karena banyak faktor yang menyebabkan seseorang bersikap dewasa dan rendah hati ataupun sebaliknya. Sehingga bangunan keluarga Kristen harus didasari dengan ketaatan kepada firman-Nya. Apabila berada dl luar firman, maka bangunan rumah tangga tersebut tidaklah kuat.

        Dewasa rohani berarti selalu bertumbuh di dalam iman dan iman itu menghasilkan buah. Mereka yang kerohaniannya bertumbuh tentu hidupnya akan dipimpin oleh Roh Kudus. Orang-orang yang dewasa secara rohani bisa mengontrol dirinya dan bisa mempengaruhi lingkungannya untuk menjadi baik.

        Sikap dewasa dan rendah hati tidak akan membuat seseorang mengambil keputusan yang salah dan terburu-buru. Meskipun ada masalah yang sulit mereka akan berpikir bijaksana dan hati-hati. Karena ia tahu bahwa perceraian bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada.

        Dengan demikian, persoalan-persoalan yang ada pun dapat diselesaikan dan dibicarakan dengan baik-baik pula. Kedewasaan dan rendah hati membuat pasangan suami istri harmonis dan tidak saling menyalahkan, tetapi saling memaafkan.

        4. Keterbukaan dan saling mendukung

          Keterbukaan dan saling mendukung di dalam sebuah keluarga adalah sangat penting sekali. Setiap pasangan akan saling percaya dan tidak merasa diri paling benar. Ingatlah bahwa merendahkan pasangan bisa menjadi pemantik pada masalah yang lebih besar.

          Dengan adanya keterbukaan dan saling mendukung maka keluarga kristen dapat berhati-hati dalam menyampaikan pesan, obrolan, nasehat ataupun masukan kepada pasangannya. Sehingga kesalah-pahaman dapat dikurangi atau dihindari.

          Ada banyak kasus pasangan yang tidak saling menghargai dan menghormati, misalnya dengan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas ketika marah. Akibatnya, pertengkaran pun terjadi dan tidak terhindarkan.

          Hal-hal kecil seperti ini bisa berbahaya dan memicu kepada masalah yang lebih besar. Apalagi ada sifat umum di dalam diri laki-laki, bahwa mereka tidak suka bila direndahkan oleh isterinya. Oleh karena itu, berusalah untuk menjadi keluarga yang saling terbuka dan mendukung, hindari kata-kata yang merendahkan pasangan.

          Mengapa terjadi perceraian? Kesimpulan

          Mengapa terjadi perceraian? Pertanyaan ini tentulah sudah terjawab berdasarkan uraian di atas, bahwa masing-masing keluarga harus mendasari kehidupan keluarganya dengan takut akan TUHAN.

          Syarat supaya keluarga kristen tidak bercerai berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut: Pertama, mereka harus memiliki komitmen bersama dalam membangun rumah tangganya. Kedua, keluarga kristen harus memiliki kecakapan dalam menyelesaikan masalah, supaya pertengkaran dan masalah tidak berlaru-larut.

          Ketiga, Keluara kristen harus dewasa secara rohani. Bagaimana supaya bisa dewasa secara rohani? Jawaban adalah dengan setia beribadah dan mengikuti persekutuan-persekutuan, dengan membangun mezbah doa dan rajin membaca dan merenungkan firman Tuhan.

          Keempat, keluarga kristen harus saling terbuka dan mendukung. Jangan ada lagi yang ditutup-tutupi dengan pasangan dan sebaiknya selalu jujur dalam segala hal. Dan jangan lupa berikan dukungan sebagai bentuk kasih sayang kita kepada pasangan.

          Terjadinya perceraian sering disebabkan oleh tidak adanya komitmen bersama, tidak cakap dalam menyelesaikan masalah, tidak dewasa secara rohani, dan tidak saling terbuka dan saling mendukung. Seringkali mereka tidak saling mendukung dan melengkapi, sehingga menyebabkan keluarga menjadi hancur dan berantakan.

          Puncaknya adalah ketika mereka memilih dan memutuskan untukbercerai karena merasa sudah tidak mampu lagi untuk hidup bersama. Firman Tuhan di dalam Matius 19:6 mengatakan demikian, “Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

          Perceraian bukanlah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan sebuah masalah, karena perceraian adalah bentuk kegagalan manusia dalam menaati hukum dan firman Allah. Meskipun demikian, setiap orang memiliki hak dan kehendak bebas untuk memutuskan apa yang benar dan salah menurut kehendaknya sendiri.

          Dan karena kehendak bebas tersebut maka setiap orang akan mempertanggung jawabkan perbuatan kepada tahta pengadilan Allah. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca semua, Tuhan Yesus memberkati. Baca juga artikel terkait tentang membangun bahtera rumah tangga.

          Related posts