Nabi-nabi kecil adalah sebutan untuk “kedua belas nabi,” yaitu Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Istilah kedua belas nabi telah lama digunakan, khususnya di dalam tulisan apokrif yang berjudul Kebijakanaan Yesus Sirakh atau Ecclesiasticus (49:10).
Setelah menyebut nama nabi Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel, juga menyebutkan “lagi pula kedua belas nabi. Semoga tulang-tulang mereka dari dalam kubur mereka. Sebab Yakub dihibur oleh mereka serta ditebusnya dengan harapan yang penuh kepercayaan.” Berdasarkan keterangan tulisan aprokrif itu, kedua belas nabi tersebut tidak disebut satu demi satu, melainkan sebagai satu keseluruhan.
Hal inilah yang juga dalam tradisi Yahudi kitab suci mereka biasanya dihitung dan berjumlah 24. Sebab kitab kedua belas nabi itu dianggap satu kitab. Di dalam tradisi kekristenan, kedua belas nabi tersebut sering disebut dengan istilah nabi-nabi kecil.
Kitab nabi-nabi kecil
Di dalam tradisi kekristenan penggunaan istilah “nabi-nabi kecil” bukan bermaksud untuk mengurangi otoritas mereka sebagai nabi. Penggunaan istilah tersebut juga tidak bermaksud dan menganggap mereka kurang penting.
Namun seperti yang disampaikan oleh Agustinus bahwa khotbah atau isi kitab nabi-nabi kecil tersebut lebih pendek. Oleh sebab itu, penggunaan istilah tersebut hanya mengacu kepada isi khotbah dan tulisan-tulisan mereka.
Apabila melihat kitab nabi-nabi besar, maka isi khotbah dan tulisan yang mereka lebih panjang, sehinga di sebut “nabi-nabi besar.” Jadi, sudah sangat belas bahwa penyebutan istilah tersebut tidak ada kaitannya dengan kualitas dan otoritas mereka sebagai nabi.
Mengenai waktu kapan keseluruhan kitab kedua belas nabi itu ditulis, disusun dan dikumpulkan, tentu sangat sulit untuk dipastikan. Namun yang pasti bahwa kitab-kitab tersebut sudah cukup lama ditulis, yaitu sebelum tarik masehi. Mengapa demikian, karena di dalam Perjanjian Baru kedua belas kitab itu pernah dikutif.
Di dalam Alkitab kita, kitab nabi-nabi kecil disusun mengikuti kitab nabi besar, seperti halnya juga dalam kitab Ibrani. Meskipun Kitab Ratapan, Yeremia dan Kitab daniel tergolong pada Ketubim. Sepanjang periode penting di dalam sejarah Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda, para nabi memiliki peran yang penting.
Peran sang nabi
Para nabi menyertai kehidupan nasional bangsa Israel sebagai penyambung lidah Allah. Mereka sebagai penjaga Israel yang bertugas mengkritik, menegur, memberitakan ancaman dan juga hukuman. Sang nabi dengan tegas melawan segala bentuk kejahatan, ketidakadilan dan pejabat-pejabat yang korup.
Mereka menyampaikan firman Allah kepada bangsa Israel yang terkadang bebal dan melawan. Kesetiaan Allah kepada perjanjian-Nya justru berbanding terbalik dengan kehidupan orang-orang Israel. Mereka justru dengan sengaja melakukan kekejian dan sering mengingkari perjanjiannya dengan Allah.
Tidaklah mengherankan apabila kitab para nabi banyak dikutif di dalam Perjanjian Baru. Hal ini dikarenakan banyak berita yang disampaikan adalah berita nubuatan dan juga teguran-teguran.
Kesimpulan
Kehadiran seorang nabi di dalam sepanjang sejarah Israel adalah sebagai pemimpin dan juga penjaga. Sebagai pemimpin mereka menegur dan mengingatkan mereka yang jatuh di dalam dosa, Misalnya Nabi Natan menegur Daud yang telah melakukan dosa perselingkuhan dengan Batsyeba.
Sebagai penjaga berarti para nabi menjaga supaya bangsa Israel tidak hidup dalam keberdosaan melainkan menaati hukum-hukum Allah. Misalnya adalah nabi Samuel yang menjaga dan mengembalikan Israel kepada jalan yang benar.
Setelah kematian Yosua dan tua-tua Israel, bangsa Israel melakukan apa yang benar berdasarkan diri sendiri. Akibatnya, mereka jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala. Kitab Hakim-Hakim menjelaskan peristiwa tersebut, sehinga pemimpin di dalam sejarah Israel memiliki peranan yang penting.
Panggilan nabi dan pelayanan mereka tentu adalah menjaga umat Israel supaya tidak berdsoa kepada Allah. Jika mereka berbuat dosa maka sang nabi akan memperingatkan dan juga menegur mereka supaya bertobat.