Musa sang pemimpin yang diurapi dan memiliki kuasa yang berasal dari Allah, ia mengadakan banyak mujizat untuk menyakan kemuliaan Allah kepada bangsa Mesir. Peristiwa keluarnya bangsa Mesir dari tempat perbudakan dan penindasan di Mesir merupakan penggenapan janji Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Keluaran 1:9-10 menjelaskan demikian: Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
Seiring bertambahnya jumlah keturunan Yakub yang bertambah banyak, maka raja Mesir mulai ketakutan. Karena pikirnya, jangan-jangan orang-orang Ibrani nantinya akan bersekutu dengan musuh mereka dan melawan kerajaannya. Apalagi jumlah mereka yang terus semakin bertambah, sehingga kekuatan man power sangatlah diperhitungkan.
Musa sang pemimpin
Perlakuan raja Firauan dan bangsanya sudah melewati batas kemanusiaan. Mereka memperlakukan Israel dengan kejam dan kerja paksa. Tujuan penindasan ini adalah agar Israel tidak bertambah jumlah, sehingga mereka tidak akan memberontak dan melawan Mesir dikemudian hari.
Mesikipun raja dan pasukannya telah memahitkan kehidupan orang-orang Ibrani, Keturunan Yakub terus bertambah banyak jumlah. Di dalam penindasan yang berat itu, Allah memberkati mereka.
Orang-orang Mesir menjadi semakin takut terhadap bangsa itu, karena penindasan tersebut justru membuat mereka semakin bertambah banyak. Oleh sebab itu, Mesir menindas Israel dengan lebih kejam dengan memaksa mereka membuat batu bata dan membangun kota.
Orang Israel harus membuat batu-bata dari tanah liat dan dengan berbagai pekerjaan yang berat. Tentara Mesir memberikan pekerjaan yang sangat berat dan menindas mereka dengan kejam. Para pengawas rodi diutus untuk menindas bangsa Israel dan memahitkan kehidupan mereka. Mereka harus bekerja dan membangun kota perbekalan, yaitu Pitom dan Ramses.
Raja mesir juga memberikan perintah yang kejam dan mengerikan, yaitu menyuruh membunuh bayi laki-laki Ibrani yang baru lahir. Raja memberi perintah kepada seluruh bidan yang membantu kelahiran orang-orang Ibrani dan juga kepada seluruh raknya rakyatnya untuk membunuh dan melemparkan bayi laki-laki yang baru lahir ke dalam sungai Nil.
Sebuah kekejaman dan kejahatan yang mengerikan sekali. Karena penidasan itu terlalu berat dan sudah genap waktunya, maka Allah mempersiapkan dan memanggil Musa untuk membabaskan bangsa itu d an pergi menuju tanah Perjanjian.
Kelahiran dan panggilan Musa
Musa adalah sang pemimpin yang telah disiapkan oleh Allah sendiri, hal ini terlihat dari Kelahiran dan pemeliharaannya yang ajaib. Hal itu terlihat dari selamatnya bai Musa dari pembunuhan bayi-bayi Ibrani oleh orang-orang Mesir. Allah telah merancang dan mempersiapkan Musa dengan menempatkan dirinya di kerajaan Mesir.
Alkitab banyak menjelaskan mengenai orang orang-orang pilihan yang memang telah dipersiapkan oleh Allah. Hal ini bukan berdasarkan kebaikan seseorang, melainkan berdasarkan pilihan dan kehendak-Nya sendiri. Panggilan Musa yang juga disertai dengan panggilan Harun sebagai imam yang berasal dari suku Lewi, memberikan gambaran mengenai karya-karya Allah yang akan segera dinyatakannya kepada bangsa Israel.
Keluaran pasal 3 menuliskan bahwa Malaikat TUHAN menampakan diri kepada Musa melalui nyala api yang keluar dari semak belukar. Allah berfirman dan mengutus Musa untuk pergi kepada bangsa Israel dan kepada raja Mesir. Dan beberapa kali juga Musa menolak menerima panggilan tersebut.
Musa merasa dirinya masih muda dan tidak pandai berbicara, ia juga takut apabila Israel tidak percaya kepadanya. Karena sikap Musa yang tidak mau mendengar dan kurang percaya, maka Allah marah kepadanya. Ketika ditengah jalan, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikthiar untuk membunuhnya (Kel. 4: 24).
Namun karena Zipora waktu itu, yang memotong kulit khitan anaknya dan menempelkannya pada kaki Musa: dan mengatakan “sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.” Lalu TUHAN membiarkan Musa hidup karena mengingat perjanjian sunat itu (Kel.4:24-26).
Keesok harinya Harun menemui Musa dan menciumnya. Lalu mereka pergi ke Mesir untuk menemui tua-tua Israel dan menyampaikan firman Tuhan yang diterima kepada mereka.
Musa memimpin Israel
Melalui Musa dan Harun, maka percayalah Israel kepada TUHAN, sehingga berlututlah mereka dan sujud menyembah, karena Allah memperhatikan umat-Nya. Banyak peristiwa yang terjadi ketika raja Mesir menolak mengijinkan Israel pergi dari negeri itu. Hari demi hari Allah menyatakan kemuliaan-Nya dengan memberikan hukuman kepada bangsa itu, yakni melalui kematian anak sulung dan tulah.
Puncak keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah ketika Musa membelah laut Teberau dan bangsa Israel menyeberang dengan selamat. Sedangkan seluruh tentara Mesir tewas tenggelam. Di sinilah Allah menyatakan kemuliaan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenail diri-Nya, sehingga berita mengenai kedasyatan Allah Israel tersebar keseluruh penjuru negeri.
Tindakan Allah yang besar itu bertuuan untuk menyatakan kekuasaan dan keberadaan-Nya, sehingga bangsa-bangsa lain menjadi takut dan gentar mendengar Allah Israel. Janji Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub mengenai tanah Perjanjian akan tergenapi.
Allah menyatakan kebesaran dan kemuliaan-Nya, janji-janji-Nya kekal, dan Allah memberkati Israel dengan luar biasa.
Demikianlah janji penggenapan kepada keturunan Abraham untuk memiliki negeri perjanjian sudah berjalan dan akan tergenapi.
kesimpulan: Musa sang pemimpin
Musa sang pemimpin umat Allah yang diperlengkapi dan diberi otoritas oleh Allah. Siapakah Musa sebenarnya? Ia bukanlah siapa-siapa, karena Musa gagap dan tidak pandai berbicara. Namun ketika Allah memanggil dan Musa menerima panggilan itu, maka di sanalah kuasa dan otoritas itu diberikan.
Kepemimpinan dan panggilan Musa bisa menjadi contoh dan teladan bagi ketika semua. Ada kalanya kita juga sering seperti Musa yang menolak panggilan Tuhan karena alasan tidak memiliki kemampuan. Padahal jika TUHAN sendiri yang memanggil, bukankah Dia akan bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang pilihan-Nya itu.
Jadi, jangan pernah takut untuk menerima panggilan Tuhan, percayalah Dia akan mempersiapkan dan memperlengkapi kita semua dengan kuasa dan otoritas-Nya.