Pura-pura lupa sering menjadi senjata untuk membela diri khususnya ketika seseorang tidak beribadah dan melakukan kesalahan. Banyak orang yang hidupnya terkadang penuh kepura-puraan atau kepalsuan, mereka juga lupa untuk beribadah dan melakukan kebaikan.
Di dalam kepura-puraan selalu ada unsur kesengajaan, sehingga perbuatan semacam ini merupakan kekejian bagi Tuhan. Oleh karena itu, orang yang tidak taat di dalam beribadah dan tidak mau menolong orang lain adalah orang kristen KTP.
Kehidupan orang-orang kristen KTP seperti bangsa-bangsa Kanaan yang hidupnya penuh dengan kefasikan dan kejahatan. Renungan kita pada hari ini terambil dari Kitab Roma 12:9-10, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura, jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.”
Pura-pura lupa
Ada sebuah kata-kata yang familiar dikalangan kita semua sampai hari ini yang mengatakan demikian, “dunia ini adalah panggung sandiwara.” Sebuah kalimat pendek yang mengandung seribu makna dan apabila diinterpretasikan di dalam satu kata maka berarti kepalsuan atau pura-pura.
Meskipun kata “kepalsuan” atau “pura-pura” memiliki konotasi yang negatif, namun banyak orang yang terkadang menyukai panggung sandiwara ini. Sungguh perbuatan ini di luar jangkauan akal sehat dan di luar nurul, apalagi mereka adalah orang-orang kristen yang percaya kepada Yesus Kristus.
Sungguh ironis dan menggetarkan hati, di manakah peran tokoh-tokoh rohani dan juga para pemimpin-pemimpin kristen? Di manakah peran para orang tua yang anak-anaknya ketika hari minggu pura-pura lupa dan justru jalan-jalan di Mall?
Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk benar-benar memahami firman yang tertulis di dalam Roma 12: 9-10, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura, jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.”
Ada beberapa hal yang dapat diuraikan dari teks tersebut, di antaranya adalah: Kasih itu jangan pura-pura, menjauhi yang jahat dan saling mengasihi dan memberi hormat.
1. Kasih itu jangan pura-pura
Alkitab mengajarkan bahwa kasih itu mendidik dan bukan memanjakan. Wahyu 3:19 mengatakan bahwa, “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar, sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.”
Apabila mengasihi keluarga, anak, saudara ataupun sahabat maka kita harus menegur dan memberikan nasehat yang mendidik. Sebab firman Tuhan tidak pernah mengajarkan kasih yang memanjakan.
Teguran dan nasehat akan memberikan pengertian dan rambu-rambu supaya mereka dapat bertumbuh di dalam kebenaran firman Tuhan. Oleh sebab itu, gereja juga punya kewajiban untuk mendidik dan memperlengkapi jemaat supaya tidak hidup semaunya sendiri.
Khususnya kepada jemaat yang suka pura-pura lupa ketika waktunya ibadah pada hari minggu. Jangan pernah membiarkan mereka, karena jika Tuhan yang menegur dan menghajar mereka maka ceritanya akan sangat berbeda.
Marilah kita hidup dengan apa adanya, penuh kejujuran, menjadi orang kristen yang sejati dan menjaga kekudusan hidup dengan selalu beribadah kepada-Nya. Jangan menjadi orang kristen KTP, agamanya kristen tetapi kehidupannya penuh kefasikan.
2. Menjauhi yang jahat
Sebagai orang kristen yang sejati, maka sudah sepatutnya kita menjauhi yang jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman Tuhan Roma 12:9, “…jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.”
Orang kristen yang sejati adalah mereka yang sudah hidup di dalam pertobatan, hidup mereka tidak lagi dikuasai oleh dosa. Mereka yang yang sungguh-sungguh bertobat hidupnya akan diperbaharui oleh Roh Kudus dan dipimpin kepada kebenaran.
Oleh sebab itu, mereka menyukai Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam sehingga firman itu hidup di dalam dirinya. Mereka akan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, karena mereka adalah anak-anak terang dan bukan anak-anak gelap.
Meskipun demikian, masih banyak di dunia ini orang-orang kristen KTP, agamanya kristen tetapi cara hidup mereka sama seperti orang-orang fasik. Jika demikian, bagaimana akhir dari kehidupan mereka? Untuk akhir jalan orang fasik baca di sini.
3. Saling mengasihi dan memberi hormat
Firman Tuhan dengan jelas mengajarkan tentang kasih sebagai dasar utama kehidupan anak-anak Allah. Roma 12:10 menuliskan demikian, “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.”
Matius 22:39 juga menuliskan perintah yang sama, yakni, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Sebenarnya masih banyak ayat-ayat Alkitab yang mengajarkan tentang kasih kepada sesama, dua ayat di atas dapat memberikan gambaran mengenai pentingnya kasih itu.
Dua teks ayat Alkitab di atas memberikan pengertian yang jelas bahwa 100% perjalanan kehidupan kita sepanjang hari adalah bersosialisasi dengan sesama. Oleh sebab itu, sebagai agen-agen kebenaran, mereka harus menyatakan kasih itu kepada sesama sebagai wujud ketaatannya kepada Bapa di sorga.
Orang kristen yang pura-pura lupa dengan tidak berbuat baik kepada sesama dan tidak saling memberi hormat maka mereka tidak taat kepada Bapa di sorga. Jika kepada manusia yang kelihatan saja mereka tidak bisa berbuat baik, lalu bagaimana mereka bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan?
Renungan firman kali ini mengajak kita semua untuk meninggalkan panggung sandiwara itu, jangan lagi hidup di dalam kepalsuan dan pura-pura lupa. Kiranya kuasa Roh Kudus akan menolong dan memimpin kita di dalam kebenaran firman-Nya, amen.