Kasih yang benar diajarkan oleh firman Tuhan di dalam Alkitab; kasih itu seharusnya murah hati, sabar dan tidak sombong. Tindakan kasih seharusnya juga tidak mencari keuntungan pribadi, tidak pemarah, tidak pendendam dan juga tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kitab 1 Korintus 13:4-8 mendeskripsikan mengenai kasih dengan sungguh indah. Oleh sebab itu, di dalam beberapa kesempatan Tuhan Yesus juga mengajarkan mengenai hukum kasih. Hal ini bertujuan supaya orang-orang percaya yang sudah dimerdekakan dapat mendasari seluruh kehidupannya dengan kasih.
Meskipun perbuatan kasih itu sangatlah sederhana, namun di dalam prakteknya masih banyak anak-anak Tuhan yang gagal melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari. Renungan kali ini mengajak seluruh umat Tuhan untuk membaca teks 1 Korintus 13:3-8 dan merefleksikannya ke dalam diri sendiri. Sudahkah kita memiliki kasih yang benar menurut kitab 1 Korintus 13:-8?
Kasih yang benar menurut firman Tuhan
Istilah “kasih” berakar pada kata Yunani “agape” (ag-ah’-pay), di dalam King James Version kata tersebut diterjemahkan dengan kata “Charity.” Kata “agape” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan “Charity” memiliki arti kasih yang memberi secara cuma-cuma, kasih yang tulus dan tanpa tamprih atau kasih yang tidak mengharapkan imbal-balik.
Kasih Agape yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus tersebut merupakan kasih yang harus dimiliki oleh jemaat Tuhan. Hal ini juga dijelaskan oleh Tuhan Yesus sendiri, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kasih yang benar adalah mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri.
Mampukan kita melaksanakan perintah tersebut? Seharusnyan semua orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat secara pribadi memiliki kemampuan untuk melaksanan perintah itu. Mereka memiliki kemampuan untuk menentukan sendiri pilihannya, apakah mau taat kepada firman Tuhan atau mengeraskan hati dengan memilih untuk tidak taat.
1. Kasih itu murah hati, sabar dan tidak cemburu (ay.4)
Apakah yang menjadi dasar kasih kepada sesama manusia dan kasih dalam mengasihi pasangan hidup? Firman Tuhan memberikan petunjuk yang jelas mengenai hal ini. Kasih haruslah murah hati, sabar dan tidaklah cemburu.
Kasih itu murah hati berarti kasih itu harus tulus dan tanpa pamrih serta tidak boleh membeda-bedakan suku, ras atau pun agamanya. Hal ini sudah diajarkan oleh Tuhan Yesus mengenai perumpamaan orang Samaria yang murah hati. kasih juga harus sabar dan mampu mengendalikan diri.
Adakalanya perbedaan sikap dan karakter membuat seseorang tersinggung dan marah. Oleh sebab itu, setiap orang percaya harus belajar memiliki kesabaran dan sikap yang rendah hati. Mereka haruslah meneladani Kristus yang dalam segala hal tidak pernah berdosa, meskipun direndahkan dan dianiaya.
Selain sabar kasih juga seharusnya tidaklah cemburu. Hal ini dapatlah diartikan bahwa umat Tuhan tidak boleh cemburu dan iri hati atas keberhasilan orang lain atau rekan kerja yang naik jabatan. Anak-anak Tuhan harus selalu berpikir positif bahwa berkat dan keberhasilan itu berasal dari Tuhan.
Ketika memiliki pasangan hidup, kita juga tidak boleh cemburu buta. Hal ini dikarenakan kasih itu sendiri berarti memberi secara cuma-cuma dan tanpa pamrih.
2. Kasih yang benar tidak memegahkan diri dan tidak sombong (ay. 4)
Ada banyak kasus diberbagai media sosial orang-orang yang sombang dan memegahkan diri karena keberhasilan dan kesuksesannya. Istilah yang umum biasanya disebut dengan “suka pamer” dan suka merendahkan orang lain.
Apabila sudah menjadi orang kristen yang benar, seharusnya tidaklah melakukan tindakan yang seperti itu. Ingatlah bahwa kesombongan merupakan langkah awal dari pemberontakan manusia kepada Allah. Hal ini pernah digambarkan di dalam Kejadian 11 melalui pembangunan menara Babel.
3. Kasih itu tidak pemarah, pendendam, dan bersikap sopan (ay. 5)
Kitab Suci selanjutnya juga mengajarkan bahwa kasih itu seharusnya tidak suka marah-marah, tidak pendendam dan tidak melakukan yang tidak sopan. Apakah orang kristen tidak boleh marah? Jawabannya tentu saja boleh, tetapi marah yang dimaksud adalah bertujuan untuk menegur kesalahan dan memberikan menasehati.
Marah dengan tidak terkontrol dan secara sembarangan tentu saja tidak dibenarkan. Oleh sebab itu, orang kristen harus berhati-hati ketika marah dan tidak menaruh dendam kepada orang lain. Meskipun orang lain melakukan kesalahan, maka haruslah kita memberikan dan nasehat dan memaafkan kesalahannya.
Kasih juga tidak melakukan yang tidak sopan. Misalnya dengan mempermalukan teman, sahabat atau keluarga dengan alasan menegur, hal semacam ini tidaklah dibenarkan. Karena kasih itu tidak mempermalukan, melainkan berkata-kata secara sopan dan tidak mengucapkan kata-kata yang kasar.
4. Kasih itu menyukai kebenaran dan keadilan (ay. 6)
Firman Tuhan di dalam 1 Korintus 13:6 menjelaskan bahwa kasih itu seharusnya menyukai kebenaran dan keadilan. Apabila seseorang berbuat ketidakadilan dan kejahatan maka dia tidak memiliki kasih. Ada banyak orang yang terjebak di dalam lingkaran ini, mereka seolah-olah melakukan yang benar tetapi sebenarnya mereka melakukan yang jahat.
Ada banyak orang yang melakukan penipuan, korupsi, menyuap dan melakukan jual-beli hukum. Hal semacam ini membuat orang yang melakukan kesalahan mendapatkan hukuman yang ringan atau bahkan dibebaskan karena melakukan suap.
Sedangkan orang-orang yang benar dan jujur justru bisa dihukum dan dijadikan tersangka atau kambing hitam. Orang-orang kristen yang berada di dalam pemerintahan dan memiliki kekuasaan di dalam bidang hukum seharusnya tidaklah melakukan hal yang sedemikian rupa.
4. Kasih itu setia dan percaya (ay. 7)
Kasih yang benar adalah kasih yang setia, saling percaya dan juga dapat dipercayai. Menjadi orang yang memiliki kualitas dan integritas untuk dapat dipercaya tentu tidaklah mudah, karena banyak orang yang hidupnya bobrok dan menyukai kejahatan.
Hal ini menjadi tantangan dan perjuangan bagi orang-orang kristen yang sudah dimerdekakan dari dosa, supaya mereka terus mengalami pembaharuan hidup. Seharusnya semakin hari mereka semakin berkenan di hati Tuhan dan bukan sebaliknya, yaitu melakukan perbuatan yang jahat.
Orang baik memang banyak, tetapi siapakah orang yang memiliki kesetian dan bisa dipercaya? Pertanyaan ini menajdi perenungan bagi kita semua, sudahkah kita menjadi orang-orang yang setia dan berbuat kebenaran sesuai dengan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kasih yang benar bersifat kekal (ay. 8)
Kasih yang sejati dan yang benar seharusnya bersikap kekal sebagaimana yang dinyatakan melalui firman Tuhan. Firman Allah menyatakan bahwa nubuat dan bahasa roh akan berlalu tetapi kasih itu bersifat kekal. Mengapa demikian? Karena kasih merupakan dasar kehidupan orang-orang percaya.
Sadar atau tidak sadar di dalam kehidupan sehari-hari, kita membutuhkan kasih itu di setiap saat dan setiap waktu. Setiap hari kita bertemu keluarga, saudara, sahabat, rekan kerja dan bahkan orang-orang yang tidak dikenal, dan pada waktu itu kita di tuntut untuk melakukan tindakan kasih.
Bahkan Paulus selalu menyebutkan supaya kita tidak jemu-jemu untuk selalu berbuat baik kepada semua orang. Ini sungguh sangat amazing! Betapa luar biasanya tuntutan dari perbuatan dan tindakan kasih itu sendiri, sehingga semua orang percaya harus melakukan itu tanpa terkecuali.
Permasalahan yang ada dan sering muncul adalah maukah kita melakukan perbuatan kasih itu? Pertanyaan ini menjadi refleksi untuk melihat dan mengoreksi diri sendiri. Sudahkah saya melakukan tindakan kasih kepada sesama dengan tulus dan tanpa pamrih?
Apakah kita sudah memahami dan mengerti mengenai makna kasih yang benar yang terdapat di dalam 1 Korintus 13:4-8 tersebut? JIka uraian di atas sudah membuat anda mengerti dan paham, maka marilah bersama-sama kita melakukan tindakan kasih itu melalui kehidupan sehari-hari secara nyata.