Pergaulan buruk dan dampaknya, renungan 1Korintus 15:33

pergaulan buruk
ilustrasi gambar

Pergaulan buruk selalu diidentifikasi sebagai perbuatan yang memiliki konotasi negatif, misalnya adalah suka bermain judi, mabuk-mabukan, tawuran, perkelahian dan seks bebas. Ada banyak bentuk-bentuk pergaulan, namun dapatlah kita pahami bahwa pergaulan buruk adalah perbuatan atau perilaku yang tidak baik.

Semakin sering seseorang berada di dalam lingkungan yang buruk, maka kebiasaan yang baik tidak akan nampak lagi. Kebiasaan buruk tersebut akan mendominasi serta menguasai diri seseorang sehingga mereka tidak lagi menyukai hal-hal yang bersifat baik.

Lalu bagaimana dengan kehidupan kita hari demi hari? Apakah kita berada di dalam pergaulan yang buruk atau berada di dalam yang baik? Renungan hari ini mengajak kita semua untuk membaca teks 1 Korintus 15: 33. Demikianlah firman Tuhan: “Janganlah kamu sesat, pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik.”

Pergaulan buruk dan dampaknya

Setiap orang tentu memiliki kebiasaan yang baik dan juga kebiasaan yang buruk. Kebiasaan yang buruk dapatlah di contohkan dengan “pelupa.” Pelupa sebenarnya bukanlah yang buruk, tetapi apabila setiap hari selalu “pelupa” maka hal ini menjadi tidaklah baik.

“Pelupa” bisa membawa masalah apabila kita berada di lingkungan kerja. Oleh sebab itu, kebiasaaan buruk masih dapat di diperbaiki apabila ada kemauan untuk berubah. Namun apabila seseorang sudah terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk seperti: bermain judi online, mabuk-mabukan, tawuran, perkelahian, seks bebas, merampok atau membunuh maka ini sangat berbahaya.

Apabila perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan sehari-hari maka hal ini bisa sangat berbahaya sekali. Oleh sebab itu, rasul Paulus mengingatkan kita melalui suratnya kepada jemaat di Korintus supaya kita tidak menjadi sesat dan hidup di dalam perbuatan yang jahat.

Teguran rasul Paulus

Sebagai anak-anak Allah seharusnya mereka tidak berada di dalam lingkungan atau pergaulan yang buruk. Seharusnya mereka bisa membawa terang dan memberikan pengaruh yang baik, bukan sebaliknya menjadi terjerumus di dalamnya. Lebih lanjut Paulus mengajak untuk sadar dan jangan berbuat dosa lagi (1 Kor. 15:34).

Menurut teks ayat tersebut, ternyata ada beberapa jemaat di Korintus yang memang belum sepenuhnya hidup di dalam persekutuan dengan Kristus. Mereka masih hidup di dalam keduniawian dan tidak memisahkan diri dari kebiasaan orang-orang Korintus yang menyembah berhala.

Selain itu, mereka juga memberi toleransi terhadap dosa perzinahan dan percabulan. Hal ini yang ditegur oleh rasul Paulus, supaya mereka jangan sesat dan sadar akan dosa-dosa yang diperbuat. Berada di dalam lingkungan yang jahat dan suka melakukan dosa memang bisa menjadi jerat bagi orang -orang yang percaya kepada Kristus.

Khususnya bagi mereka yang belum dewasa dan belum mengalami pertobatan yang sungguh-sungguh, maka akan sangat mudah untuk terjerat dalam dosa perzinahan dan percabulan. Bahkan Paulus lebih keras mengatakan bahwa orang yang cabul dan berzinah tidak akan mendapatkan bagian di dalam kerajaan Allah ( 1 Kor. 6:9-10).

Dampak pergaulan buruk

Melakukan perbuatan-perbuatan dosa tentulah akan sangat berdampak terhadap kehidupan kita sehari-hari. Apalagi berada di dalam lingkungan dan pergaulan yang tidak baik, ini akan membuat seseorang semakin jauh dan meninggalkan kebenaran.

Mereka juga akan memberikan toleransi yang tinggi terhadap perbuatan-perbuatan dosa, sehingga hal itu diangap sebagai hal biasa. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh jemaat di Korintus yang juga menganggap biasa perbuatan-perbuatan dosa perzinahan, percabulan dan juga penyembahan kepada berhala.

Jemaat tidak berani menegur dan memberi sanksi tegas kepada mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan dosa tersebut. Apabila sikap seperti ini menjadi kebiasaan, lalu siapakah yang akan menegur dan memberi nasehat kepada mereka yang melakukan dosa di hadapan Allah?

Kiranya renungan firman ini menjadi refleksi bagi diri sendiri serta melihat jauh ke dalam hati kita masing-masing. Apakah kita berada di dalam lingkungan pergaulan yang buruk? Atau kita berada di dalam lingkungan yang baik-baik saja.

Berhati-hatilah di dalam bergaul, jangan sampai pergaulan itu membawa kita kepada perbuatan-perbuatan dosa yang tidak sesuai dengan kebenaran Allah. Dosa adalah dosa, sehingga tidak ada toleransi dalam hal ini.

Pertobatan dan pengakuan dosa memang sangatlah diperlukan, tetapi orang-orang yang tidak mau mendengarkan nasehat dan teguran maka biarkanlah mereka. Karena Allah sendiri yang akan bertindak dan menjadi hakim bagi mereka semua.

Related posts