Alkitab adalah firman Allah merupakan teologi kristen yang menyatakan bahwa Alkitab tidak bisa salah karena penulisnya di ilhami Roh Kudus. Allah telah menyatakan diri kepada manusia melalui firman-Nya di dalam sejarah, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan yang ditulis di dalam Alkitab.
Orang-orangyang dipanggil secara khusus tersebut dipakai untuk menuliskan firman tersebut dalam tulisan. Misalnya nabi Musa diperintahkan untuk menuliskan firman itu sebagai peringatan dan pengajaran bagi setiap generasi pada waktu dan zaman yang berbeda.
Para penulis Alkitab tidak menulis berdasarkan kehendak dan kemamuan mereka sendiri, namun Roh Kuduslah yang memimpin dan membimbing mereka. Keluaran 24:3-4 menuliskan dengan jelas bagaimana Musa menuliskan segala firman Tuhan yang disampaikan Allah kepadanya.
Alkitab adalah firman Allah
Alkitab adalah firman Allah merupakan konsep teologis yang meyakini dan mempercayai bahwa Alkitab sepenuh firman Allah. Di tulis sekitar 40 penulis dengan berbagai latar belakang profesi baik sebagai nabi, raja, imam, tabit, pemungut cukai dan juga nelayan. Allah memakai mereka tanpa melihat profesi mereka, karena Ia ingin menyatakan kehendak dan rencana-Nya melalui kehidupan mereka.
Di dalam segala keterbatasannya Allah memakai dan memampukan mereka. Bahkan ketika nabi Musa diutus pun ia menolak karena dirinya gagap dan tidak pandai berbicara. Di sinilah kita mengerti dan memahaminya, bahwa Allah memakai Musa dan memperlengkapi dirinya untuk menjadi nabi dan memimpin umat Allah serta sekaligus menjadi penulis kitab Taurat (Kejadian-Ulangan),
Dalam keyakinan dan kepercayaan iman kristen, Alkitab adalah firman dan wahyu Allah yang ditulis. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:16. Teks ayat tersebut menuliskan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar…dst,” ayat ini memberikan konfirmasi bahwa kitab Kejadian-Wahyu adalah firman Allah yang dilhami.
Meskipun demikian, ada banyak pandangan dan penafsiran yang berkembang setelah abad pertengahan. Sampai hari ini banyak sekali golongan liberal yang memberikan kritik keras terdapat otoritas dan wibawa dari Alkitab. Mereka lebih mengutamakan rasio dan filsafat manusia dalam menafsirkan Alkitab, sehingga memperlakukan Alkitab sama seperti buku biasa.
Tantangan terberat iman kekristenan adalah tetap menjaga dan memelihara kemurniaan ajaran Alkitab. Hal ini dikarenakan sekte dan bidat-bidat kristen terus berkembang dari masa kemasa dan menyimpangkan kebenaran dari ajaran Alkitab. Bahkan mereka tidak menempatkan Alkitab sebagai firman Allah yang memiliki otoritas dan berwibawa.
Pengertian Alkitab
Istilah Alkitab mengakar kepada bahasa Yunani “biblion” (bib-lee’-on) yang dapat diartikan sebagai “kitab atau gulungan.” Sedangkan penggunaan istilah “kitab suci” berasal dari bahasa Yunani “graphe” yang diartikan sebagai “tulisan”, contohnya dalam kitab 2 Timotius ayat 16.
Penggunaan kata “biblion” muncul di dalam teks-teks Alkitab, misalnya dalam Lukas 4:17, Lukas 4:20, Wahyu 6:14 dan Wahyu 5:1. Sebenarnya masih banyak penggunaan kata “biblion” di dalam Alkitab, saudara bisa mencari dan mempelajarinya lebih lanjut.
Di dalam Perjanjian Baru penggunaan kata “grapo” di pakai kira-kira 90 kali yang menunjuk kepada Akitab. Sedangkan kata benda “graphe” (graf-ay’) digunakan sebanyak 51 kali dalam Berjanjian Baru.
Dari manakah Alkitab berasal?
Pernahkah terbesit di dalam pikiran kita mengenai pertanyaan: dari manakah Alkitab berasal? Apakah Alkitab berasal budaya, hasil karya manusia atau berasal Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini memang cukup sederhana tetapi terkadang membuat umat Tuhan menjadi bingung.
Alkitab tentulah berasal dari Allah yang disampaikan melalui firman-Nya kepada orang-orang pilihan, yaitu para penulis Alkitab. Allah memperkenalkan diri dan menyatakan maksud serta rencana-Nya kepada mereka. Hal iini terlihat dari teks-teks Alkitab yang menuliskan tentang “Allah berfirman” atau “demikianlah firman Tuhan.”
Bahkan dalam beberapa kesempatkan Allah juga memerintahkan hambanya untuk menuliskan firman itu, misalnya kepada Musa (Kel.24:3, Ul. 31:24-26). Sehingga dapatlah dipahami bahwa Alkitab berasal dari Allah sendiri dan orang-orang pilihan menuliskannya.
Allah bukan hanya memakai mereka, melainkan melengkapi, mengurapi dan Roh Kudus membimbing mereka. Mereka menuliskan firman Tuhan berdasarkan karakter dan kemampuannya, tetapi dalam pimpinan dan bimbingan Roh Kudus. Sehingga mereka tidak menulis berdasarkan kehendak mereka sendiri, melainkan menulis sesuai dengan firman yang disampaikan kepada-Nya baik secara langsung maupun melalui pimpinan Roh Kudus.
Para penulis Alkitab
Alkitab ditulis sekitar 40 penulis yang yang berada pada waktu, zaman dan tahun yang berbeda-beda dalam kurun waktu 1500 tahun. Kebanyakan dari mereka tidak saling mengenal dan berada pada waktu dan zaman yang berbeda-beda.
Di dalam Perjanjian Lama setiap parai penulis Alkitab adalah orang-orang yang hidupnya bergaul karib dengan Allah. Mereka dipanggil secara khusus dan di utus untuk menyatakan firman Allah kepada bangsa Israel. Misalnya nabi Musa dipanggil dan diutus oleh Allah sendiri.
Selanjutnya kepemimpinan Israel dilanjutkan oleh Yosua yang juga menulis kitab sesuai dengan namanya sendiri, yaitu Yosua. Selanjutnya ada nama-nama yang populer seperti Samuel, Ezra, Daud, Salomo, Daniel, Yeremia dan juga Yehezkiel. Mereka juga menjadi penulis kitab.
Selain itu, masih banyak nabi yang juga menulis kitab sesuai dengan namanya sendiri, yaitu kitab Hosea sampai dengan kitab Maleakhi. Di dalam Perjanjian Baru ada kitab-kitab yang ditulis oleh para rasul atau murid-murid Tuhan Yesus. Mereka dipanggil secara khusus dan persiapkan dengan baik, Roh Kudus memimpin dan memampuan mereka.
Kesatuan Alkitab
Para penulis Alkitab tersebut menuliskan Alkitab berdasarkan kehendak Allah. Mereka tidak pernah bersepakat, mengikat janji ataupun bekerjasama dalam menulis kitab. Tahun penulisan Alkitab yang berbeda menunjukkan bahwa Alkitab tersebut ditulis dalam waktu yang berbeda-beda, namun berita yang disampaikan saling mendukung dan saling melengkapi.
Penulisan dan kesatuan Alkitab menjadi sejarah yang sangat ajaib, karena masing-masing penulis mengambil bagian dan menyumbangkan tulisannya sesuai dengan pimpinan Roh Kudus. Tulisan tersebut serasi, saling mendukung, saling melengkapi dan juga saling menjelaskan.
Tidak ada pertentangan antara kitab yang satu dengan kitab yang lainnya meskipun ditulis oleh oleh orang yang berbeda dan juga zaman yang berbeda. Dimulai dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu membawa berita utama yang sama, yaitu keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Keselamatan bagi mereka yang mau percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat secara pribadi. Sedangkan hukuman bagi mereka yang menolak dan tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan satu-satunya jalan keselamatan.
Apabila para penulis Alkitab menulis berdasarkan kehendak dan keinginannya sendiri maka tidak mungkin Alkitab akan saling berkaitan, saling melengkapi dan menyampaikan berita yang sama. Oleh sebab itu, penulisan Alkitab merupakan rencana dan kehendak Allah sendiri yang direalisasikan melalui orang-orang pilihan-Nya.
Allah memakai orang-orang pilihan tersebut untuk menuliskan firman-Nya, mereka diperlengkapi, diurapi dan juga dipimpin oleh Roh Kudus. Sehingga setiap tulisan yang ditulis tidak berdasarkan kehendak mereka sendiri, melainkan sesuai dengan kehendak Allah melalui pimpinan Roh Kudus.
Kesimpulan
Alkitab adalah firman Allah yang memiliki otoritas dan berwibawa. Memiliki otoritas karena Allah sendiri yang merencanakan dan mengilhami para penulis untuk menuliskannya, sehingga Alkitab tidak dapat salah. Sedangkan berwibawa berarti Alkitab memiliki kuasa untuk memimpin orang-orang yang mau percaya kepada kebenaran, sehingga ia memperoleh keselamatan.
Alkitab berbeda dengan buku-buku lainnya, karena Alkitab adalah firman Allah yang hidup. Di dalamnya terdapat kebenaran yang mampu memimpin kepada kehidupan yang kekal. Barangsiapa yang mendenagrkan firman, percaya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia akan diselamatan.