Penghiburan dalam penderitaan dirasakan oleh nabi Yeremia yang melihat secara langsung kehancuran Kerajaan Yehuda ke tangan raja Babel. Yeremia menangis dan meratapi kehancuran kota-kota Yehuda dengan tetap percaya bahwa Allah akan memulihkan kembali keadaan mereka.
Ungkapan mengenai “tak berkesudahan kasih setia TUHAN dan tak habis-habisnya rahmat-Nya” menunjukkan bahwa Yeremia masih percaya ada penghiburan dibalik kehancuran tersebut (Rat. 3:22). Lebih lanjut Yeremia mengatakan bahwa “Tuhan adalah baik bagi orang-orang yang berharap kepada-Nya” (Rat. 3:25).
Dua ayat di atas memberikan sebuah gambaran kehidupan seorang nabi yang takut akan TUHAN serta mampu melihat semua persoalan berdasarkan perspektif Allah dan bukan berdasarkan perspektif manusia. Sikap dan keteladanan Yeremia dalam melihat dan memandang kebenaran Allah merupakan teladan bagi kita hari ini.
Penghiburan dalam penderitaan
Renungan firman hari ini mengajak kita semua untuk membaca teks Firman Allah yang terdpat di dalam Ratapan 3: 1-25. Bacalah Firman Tuhan tersebut dan cobalah sejenak memahami yang terkandung di dalamnya serta merenungkannya. Ada pesan penting sekali yang sedang nabi Yeremia sampaikan di teks tersebut, yakni “penghiburan dalam penderitaan.”
Dua kata yang secara sederhana sangat mudah untuk dipahami oleh siapapun, bahkan orang awam sekalipun. Penghiburan dan penderitaan memang dua hal yang berbeda. Apakah mungkin ketika mengalami penderitaan lalu mendapatkan sebuah penghiburan? Ada beberapa hal yang perlu dipahami dari teks Ratapan 3:1-25.
Pertama, ratapan Yeremia atas kehancuran kerajaan Yehuda
Di dalam teks Ratapan 3:1-20 menceritakan bagaimana Yeremia menjadi saksi murka Tuhan kepada umat-Nya. Ia adalah nabi terakhir yang diperintahkan Allah untuk mengingatkan raja Zedekia supaya bertobat dan mendengarkan suara Tuhan.
Karena Yeremia menyampaikan pesan-pesan Allah kepada kehancuran raja dan kota Yehuda, maka Yeremia dimasukan dalam dipenjara. Demikian kerajaan Yehuda tidak pernah mendengarkan suara nabi Yeremia yang mengajak mereka untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Akibatnya, runtuhlah kerajaan Yehuda dan mereka diserahkan kepada Babel.
Kitab Ratapan merupakan kitab yang berisi ratapan sang nabi Yeremia karena melihat kehancuran bangsa pilihan Allah. Ia adalah nabi yang menyampaikan pesan pertobatan dan sekaligus menjadi saksi mata kehancuran kerajaan itu. Bagaimana Yeremia menggambarkan bahwa Yehuda sudah tertolak dan sudah diserahkan kepada Babel karena dosa-dosanya.
Yeremia adalah nabi yang setia mengingatkan dan menegur dosa-dosa Yehuda, tetapi mereka selalu mengeraskan hati dan melawan Allah
Sebagai seorang nabi yang diutus Allah, tentulah ia menangis dan meratapi keadaan bangsanya. Bagaimana Yeremia menggambarkan bahwa peristiwa tersebut adalah hukuman dan Allah sendiri yang sebenarnya telah memukul mereka. Di dalam kehidupan sekarang ini, ada banyak kasus yang mirip-mirip dengan kisah yang dialami oleh nabi Yeremia?
Ada banyak orang berdosa dan yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat dengan melakukan perselingkuhan, zinah, menipu, membunuh dan ataupun melakukan kejahatan yang lain. Kejadian-kejadian seperti ini juga terjadi kepada anak-anak Tuhan, dan terkadang mereka juga mengeraskan hati dan tidak mau menerima teguran.
Tentulah keadaan seperti ini membuat para hamba Tuhan, Pastor atau gembala merasa sedih karena mereka tidak hidup menurut firman Tuhan.
Kedua, ada penghiburan di dalam penderitaan
Di dalam kesedihan dan penderitaan karena melihat kehancuran dari bangsanya, Yeremia mampu melihat penyebab kehancuran itu dalam perspektif Allah. Bangsa itu berbuat dosa dan melawan Allah. Meskipun demikian Yeremia melihat bahwa kasih setia TUHAN itu tidak berkesudahan, demikian juga rahmat-Nya selalu mengalir kepada orang-orang benar.
Kasih setia TUHAN telah dinyatakan Allah berulangkali melalui pemberitaannya kepada kerajaan Yehuda yang bebal dan selalu memberontak kepada Allah. Meskipun Allah itu penuh kasih, Ia tetap tidak membiarkan orang-orang yang berbuat dosa terbebas dari hukuman.
“Tuhan adalah baik bagi orang-orang yang berharap kepada-Nya” (Rat. 3:25). Ayat ini jelas menunjukkan bahwa TUHAN Allah tidak pernah memalingkan mukanya kepada orang-orang yang setia dan berharap kepada-Nya. Yerimua juga memperhatikan hal-hal ini sehingga ia berharap kepada TUHAN: “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap hari besar kesetian-Mu.”
Bagi orang-orang saleh dan benar, ia selalu memandang bahwa selalu ada penghiburan di dalam penderitaan yang ia alami. Karena ada rencana Allah dibalik persoalan dan penderitaan itu yang akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
Misalnya kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudara dan pada akhirnya membawa dirinya menjadi orang terhebat kedu di Mesir. Ada juga penderitaan Ayub yang pada akhirnya membawanya kepada berkat-berkat Allah yang melimpah. Akan tetapi bagi orang-orang jahat dan bebal, maka penderitaan merupakan akhir dari segalanya.
Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai anak-anak Allah sekarang ini? Bagaimana kita memandang sebuah persoalan dan penderitaan yang sedang dialami? Apakah kita melihatnya dalam perspektif manusia yang penuh keterbatasan atau kita memandangnya dalam perspektif Allah yang mahakuasa?
Biarlah renungan firman ini membawa kita kepada kebenaran Allah seperti yang telah dilakukan oleh nabi Yeremia. Melihat sebuah penderitaan dengan tetap memandang dan percaya kepada Allah, bahwa selalu ada penghiburan di balik penderitaan yang sedang terjadi.