Ragi orang Farisi dan Saduki

Ragi orang farisi dan saduki

Perumpamaan ragi orang Farisi dan Saduki disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya setelah mereka menyeberangi danau dan lupa tidak membawa roti. Perumpamaan ini terdapat di dalam Kitab Matius 16:5-12 dan juga Kitab Markus 8:14-21.

Dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus banyak mengajar dengan perumpamaan kepada murid-murid dan juga kepada orang-orang yang ingin mendengarkan-Nya. Ada perumpamaan yang mudah untuk dipahami, tetapi ada juga perumpamaan yang sulit untuk dipahami, namun Tuhan Yesus selalu menjelaskan maksud dan artinya.

Sehingga dalam berbagai kesempatan, Yesus selalu mengartikan maksud dari perumpamaan tersebut. Sehingga setiap orang yang mendengar firman-Nya dapat memahami dengan benar maksudnya. Hal inilah yang dialami oleh para murid, karena mereka berpikir ragi yang dimaksud berkaitan dengan roti.

Renungan hari ini mengajak umat Tuhan untuk sejenak membaca dan merenungkan firman yang terdapat di dalam Kitab Matius 16:5-12 dan juga Kitab Markus 8:14-21.

Ragi orang Farisi dan Saduki

Ragi merupakan tumbuh-tumbuhan yang bersel satu dan berkembangbiak dengan proses pertunasan yang pada akhirnya menyebabkan peragian. Dalam berbagai jenis pembuatan roti, ragi berasal dari Saccharomyces Cerevisiae, ragi digunakan sebagai pengembang adonan kue atau roti (Mudjajanto Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti, 2009).

Teks Matius 16:7 mengatakan bahwa, “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti.” Dalam pembacaan teks tersebut menunjukkan bahwa para murid lupa membawa bekal roti. Sehingga ketika Yesus menyebut istilah “ragi” maka yang muncul di dalam pikiran mereka adalah roti. Sedangkan Tuhan Yesus sedang mengajarkan tentang hal yang beda.

Pengajaran orang Farisi dan Saduki

Apabila membaca teks Matius 16:5-12 maka yang dimaksud dengan “ragi orang farisi” adalah waspada terhadap pengajaran mereka. Orang Farisi dan Saduki merupakan golongan menengah dan kaum bangsawan. Orang Saduki menguasai sebagian besar kursi majelis yang berkuasa (yang disebut Sanhedrin) dari 70 kursi dan sisanya adalah orang-orang Farisi.

Majelis yang berkuasa (Sanhedrin) mengakomodasi dan menjaga perdamaian dengan penjajah Romawi. orang Saduki lebih fokus kepada politik dan kekayaan sehingga mereka sangat dibenci oleh rakyat kecil. Sedangkan orang-orang Farisi lebih fokus kepada bidang keagamaan dan memelihara tradisi.

Pengajaran orang Saduki dapatlah dipahami sebagai berikut: (1) mengutamakan kitab Musa, (2) tidak mempercayai kebangkitan orang mati, (3) tidak mempercayai keberadaan malaikat atau Iblis. Orang-orang Saduki lebih konservatif dan fokus kepada politik dan kekayaan.

Sedangkan ajaran dari orang-orang Farisi adalah sebagai berikut: (1) Menerima kitab Perjanjian Lama sebagai wahyu Allah, (2) percaya bahwa Allah berdaulat atas semua ciptaan-Nya, (3) Percaya akan adanya kebangkitan orang mati (Kis. 23:6), (4) Percaya kepada kehidupan kekal, (5) Percaya kepada keberadaan malaikat dan Iblis. Orang-orang Farisi menerima tradisi dan adat-istiadat nenek moyang dan fokus dalam bidang keagamaan.

Dari uraian di atas maka nampak jelas bagaimana ciri-ciri dari kehidupan orang Farisi maupun orang-orang Saduki. Fokus kepada politik dengan mencari kekayaan serta mengabaikan keagamaan tentulah tidak dapat dibenarkan. Karena Allah menghendaki ibadah yang benar.

Demikian juga orang Farisi, fokus kepada tradisi dan menyamakannya dengan firman Allah juga tidak dapat dibenarkan. Orang Farasi dan Saduki pada umumnya hanya nampak seperti orang benar, tetapi hati mereka jahat. Hal ini nampak dari sikap mereka, di mana Yesus berada mereka selalu menentang dan mencari-cari kesalahan Tuhan Yesus.

Waspada dan berhati-hatilah

Renungan firman hari ini mengajak kita untuk waspada dan berhati-hati sebagimana yang Tuhan Yesus sampaikan kepada murid-murid. Jangan sampai kita menjadi orang kristen yang hanya nampak dari luar baik, tetapi hati, mulut dan perbuatannya sangat busuk.

Hidup seperti orang-orang Saduki yang fokus kepada politik dan kekayaan tentulah tidak dapat dibenarkan. Demikian juga hidup seperti orang-orang Farisi yang fokus kepada agama tetapi tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh juga tidak dibenarkan. Karena Tuhan menghendaki kita beribadah dan hidup sesuai dengan ketetapan-Nya.

Kitab Roma 12:1 menjelaskan bahwa persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Apabila itu sudah dilakukan maka Paulus menyebutnya sebagai ibabdah yang sejati. Sudahkah kita hidup benar dihadapan Allah? Atau hidup kita sama dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan Saduki?

Kiranya firman Tuhan hari ini memberi nasehat dan mengajar kita untuk selalu waspada dan berhati-hati. Supaya kita bisa hidup dengan benar dihadapan Allah.

Related posts