Berada dipersimpangan jalan: Kisah Elimelekh dan Naomi

berada dipersimpangan jalan

Ada banyak peristiwa yang terkadang membuat seseorang berada dipersimpangan jalan, terutama dalam mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Peristiwa ini juga dialami oleh keluarga Elimelekh yang sedang mengalami masa-masa sulit di Israel pada masa Hakim-Hakim yang disebabkan dengan peperangan.

Masa-masa sulit dan kelaparan memaksa dirinya untuk mengambil keputusan: Apakah bertahan di negeri yang diberikan TUHAN Allah itu? Atau pergi mengadu nasib dinegeri orang-orang yang tidak mengenal Allah?

Apabila membaca teks Kitab Rut 1:1-22 maka nampak jelas bahwa keluarga Elimelekh memilih meninggalkan Betlehem-Yehuda ke tanah Moab.

Pilihan-pilihan ini tentulah berada di dalam persimpangan jalan. Apakah mereka tetap bertahan dan percaya kepada pemeliharaan Allah? Atau memilih mengadu nasib dan bergaul dengan orang yang tidak mengenal Allah?

Renungan pada hari ini mengajak kita semua untuk membaca Alkitab sejenak yang terambil dari kitab Rut 1:1-22. Bacalah dengan seksama dan pahamilah maksudnya, lalu renungkanlah firman tersebut sejenak.

Berada dipersimpangan jalan

Kitab Rut 1:1 menuliskan bahwa ketika di Israel terjadi kelaparan dan kesusahan, maka pergilah seorang Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan juga kedua anaknya laki-laki ke tanah Moad.

Mereka menetap di sana sebagai orang asing dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang jauh lebih baik.

Tentulah keputusan Elimelekh tersebut sudah dipikirkan dan direncanakan dengan baik. Ia sudah memahami dengan seksama mengenai berbagai resiko yang akan di terima.

Tindakan ini memang tidak mudah, tetapi keadaan dan kelapan memaksa mereka harus mengambil keputusan.

Sebagai kepala rumah tangga, maka ia harus mengambil keputusan yang tepat untuk terus menjaga kelangsungan hidup keluarganya.

Kitab 1 Raja-Raja 11:2 menuliskan demikian: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.”

Ayat di atas tentulah merujuk kepada perintah-perintah Allah sebelumnya yang memang melarang mereka untuk bergaul atau kawin campur dengan bangsa Kanaan.

Contoh lain misalnya: Abraham meningkah dengan Sara yang masih kerabatnya. Hal ini juga dilakukan oleh Ishak dan juga Yakub ketika mereka berada di negeri Kanaan.

Elimelekh dan keluarganya mengambil sebuah pilihan yang keliru. Di mana ia menetap di Moab, bergaul dengan mereka dan menikahkan anaknya dengan perempuan Moab.

Tentulah hal ini merupakan perbuatan yang salah, apalagi melakukan kawin campur dengan orang-orang yang menyembah berhala.

Dampak dari pilihan yang salah

Setelah mereka menetap di Moab, maka matilah Elimelekh. Lalu kedua anaknya Mahlon dan Kilyon mengambil istri perempuan Moab yang bernama Orpa dan Rut.

Setelah mereka tinggal di sana kira-kira sepuluh tahun, maka matilah Mahlon dan Kilyon, sehingga Naomi, Orpa dan Rut menjadi janda.

Ini menjadi pukulan terberat bagi Naomi, karena ia tidak memiliki anak laki-laki lagi dan juga tidak memiliki cucu. Orpa dan Ruth tidak mendapatkan anak melalui pernikahannya dengan Mahlon dan Kilyon.

Dahulu Naomi dan Elimelekh memiliki harapan yang besar mengenai kehidupan keluarga dengan pergi ke Moab, tetapi justru ia kehilangan semuanya.

Berada dipersimpangan jalan adalah sebuah pengambilan keputusan yang paling sulit, karena keputusan tersebut akan membawa kepada tujuan hidup di masa depan.

Oleh sebab itu, kisah keluarga Naomi dan Elimelekh tersebut menjadi perenungan kita hari ini. Bagaimana cara kita dalam mengambil keputusan-keputusan yang sulit dalam hidup?

Apakah kita melibatkan Tuhan melalui doa-doa kita dalam mengambil keputusan? Atau kita akan mengambil keputusan-keputusan berdasarkan pikiran-pikiran kita sendiri.

Ingatlah bahwa setiap keputusan selalu membawa resiko-resiko dan dampak dalam kehidupan kita.

Tuhan tidak pernah meninggalkan

Meskipun Naomi dan keluarganya telah mengambil keputusan yang salah, Allah tetaplah memperhatikan dan juga memelihara kehidupan anak-anak-Nya.

Allah memberikan penghibura kepada Naomi melalui menantunya Ruth yang mau menemani dan ikut kembali ke tanah Yehuda.

Rut berkata kepada Naomi: sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam. Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku (Rut 1:16).

Pernyataan iman dari Rut inilah yang nantinya akan memberikan penghiburan dan mengembalikan kebahagian Naomi.

Di dalam keberdosaan dan pengambilan keputusan yang salah terkadang membuat kita sadar dan ingat kembali kepada Tuhan.

Oleh sebab itu, belajarlah untuk tidak mengandalkan diri sendiri dan mengangap diri paling benar. Tanpa melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan hidup tentu sikap yang salah.

Jangan pernah bersandar kepada pengertian diri sendiri, tetapi libatkan Tuhan di dalam setiap doa dan pergumulanmu.

Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini? Apakah anda berada di dalam persimpangan jalan? Berdoalah supaya Tuhan menolong dan membawam kepada keputusan-keputusan yang benar dan tepat.

Ingatlah bahwa iman itu terus bertumbuh melalui kesulitan dan berbagai persoalan hidup, jangan menyerah dan berputus asa.

Related posts