Mengapa orang benar menderita? Penderitaan adalah bagian dari kehidupan manusia semenjak Adam jatuh ke dalam dosa, sehingga penderitaan terkadang menjadi tantangan yang paling berat. Ada banyak kisah di dalam Alkitab yang menceritakan bahwa orang benar juga menderita dan mengalami masa-masa yang sangat sulit.
Ada kisah-kisah di dalam Alkitab yang bisa menjadi pelajaran bagi kehidupan kita di masa kini. Misalnya penderitaan raja Daud ketika dikejar-kejar oleh pasukan Saul, penderitaan Ayub karena penyakit dan ada juga kisah mengenai Yusuf yang dijual menjadi budak oleh saudara-saudaranya.
Kisah-kisah tersebut menjadi bukti bahwa orang-orang saleh dan takut Tuhan juga tidak luput dari berbagai penyakit dan juga penderitaan. Jika demikian, apakah orang-orang benar tersebut tidak dipelihara oleh Tuhan? Mengapa orang-orang saleh dan benar tersebut harus menderita?
Mengapa orang benar menderita?
Ayat nats: Ayub 1:21
Kisah mengenai kehidupan Ayub tentu bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, bahkan dalam khotbah-khotbah di gereja topik mengenai kesalehan dan penderitaan Ayub sering diangkat serta dijelaskan berulang-ulang.
Namun meskipun peristiwa itu disampaikan berulang-ulang, itu hanya sampai pada level pengetahuan saja. Sehingga ketika mengalami kesulitan, sakit penyakit atau masalah-masalah dalam hidup maka muncul berbagai respon berdasarkan kualitas iman masing-masing.
Penderitaan adalah ujian iman
Ada kemungkinan wilayah Ayub hampir sama dengan wilayah Abraham sebelum mereka menetap di Haran, yaitu Mesopotamia. Ayub sangat kaya, saleh dan begitu mengasihi Tuhan, sehingga membuat Iblis mengajukan permintaan kepada Tuhan Allah untuk menguji Ayub.
Ketika anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di anara mereka juga datanglah Iblis (Ay. 1:6-11). Maka terjadilah perakapan yang tujuannya adalah untuk menguji iman dan kesalehan Ayub, maka Iblis mendapatkan ijin untuk menimpakan malapetaka kepada Ayub (Ay.1:12).
Pada akhirnya malapetaka menimpa Ayub, kekayaan lenyap dan anak-anaknya meninggal, lalu Ayub mengkoyakan jubah dan mencukup kepalanya dan sujub menyembah Allah. Katanya, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku maka dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya (Ay. 1:21).
Dari ujian tersebut mana nampaklah jelas bahwadalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dn tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ay.1: 22). Kisah Ayub mengajarkan bahwa penderitaan bisa datang kepada siapa saja, baik orang benar maupun orang jahat.
Penderitaan bagian memikul salib
Di dalam Kitab Lukas 9:23 menjelaskan bahwa, setiap orang yang mau mengikut Tuhan Yesus , maka ia harus menyangkal diri, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti-Nya. Ayat menjadi pengajaran dan sekaligus jawaban dari berbagai pertanyaan mengenai penderitaan orang benar.
Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa setiap orang harus memikul salibnya setiap hari, tentulah hal berbicara mengenai sebuah tanggung jawab yang harus diterma dalam mengikut Kristus. Bahkan secara mendasar tanggung jawab dan beban itu sudah diberikana kepada masing-masing orang, sehingga mereka memikul salibnya sendiri-sendiri.
Memikul salib sebagai gambaran mengenai persoalan-persoalan ataupun masalah yang harus ditanggung dan dihadapi oleh anak-anak Tuhan, sebagaimana Tuhan Yesus sendiri memikul salib dengan menderita menuju bukit Golgota.
Oleh sebab itu, tidak ada perbedaan mengenai datangnya penderitaan; apakah kepada orang saleh dan benar atau kepada orang yang jahat?
Namun keduanya memiliki tujuan dan akhir yang berbeda. Penderitaan menurut orang percaya adalah ujian iman yang akan membawa kepada berkat-berkat Allah. Sedangkan bagi orang-orang jahat dan fasik penderitaan adalah bagian dari hukuman karena perbuatan mereka.
Penderitaan memurnikan iman
Penderitaan dan kesulitan-kesulitan adalah ujian iman, apabila seseorang tahan uji maka ia akan semakin bertumbuh dan berakar di dalam Kristus. Ayub menjadi contoh orang yang setia dan bertahan di dalam pencobaan, dalam masa-masa sulit tersebut Ayub tetap setia kepada Allah.
Ayub 2:7 menjelaskan bahwa Iblis menimpakan barah yang busuk kepada Ayub dari ujung kaki sampai ujung kepala. Karena penderitaannya, isterinya pun putus asa dan menyuruh Ayub untuk mengutuki Allah. Namun Ayub masih bertekun dalam kesalehan meskipun barah itu merusak tubuhnya.
Iman dan kesetiaan Ayub tidaklah diragukan lagi, bahwa ia adalah orang yang benar-benar memiliki iman yang teruji. Apabila melihat akhir yang happy ending dari kisah Ayub, maka kesetiaannya membawa berkat yang berlimpah-limpah kepada Ayub.
Allah memberkati Ayub berlipat-lipat ganda karena dalam segala hal ia tidak berbuat dosa. Renungan firman pada hari mengajak supaya orang-orang percaya tidak takut dalam menghadapi berbagai penderitaan hidup.
Tetaplah bertahan dan terus bergantung kepada Allah adalah cara yang tepat dan berbahagilah karena ikut serta dalam mengambil bagian dalam memikul salib. Dalam segala hal Allah selalu peduli dan memperhatikan kehidupan anak-anak-Nya, bahkan Ia menjaga dan memelihara hidup kita sampai hari ini.