Ada banyak cara untuk menunjukkan betapa besar kasih itu kepada orang-orang yang kita cintai, misalnya terhadap pasangan hidup, keluarga ataupun orang lain. Pada umumnya bentuk kasih sayang tersebut dinyatakan melalui sikap yang saling memperhatian, saling peduli, pemberiaan hadiah dan juga melalui doa-doa yang dipanjatkan setiap hari.
Kasih sayang yang tidak biasa pada umumnya dinyatakan kepada orang-orang yang spesial. Rasul Paulus 2: 4c, “tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” Teks firman Tuhan ini sedang ditujukan kepada jemaat di Korintus dan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus disegala tempat.
Tujuan adalah untuk memberikan nasehat dan pengajaran supaya mereka hidup kudus dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan dosa, sehingga Paulus bisa berbahagia karena mendengar kesetiaan mereka. Namun apabila mereka tidak hidup berdasarkan kebenaran firman Allah maka ini akan membawa dukacita bagi Paulus sendiri.
Seberapa besar kasihmu?
Rasul Paulus adalah seorang ahli Taurat yang pandai dalam memahami Alkitab. Sebelum ia dipanggil untuk percaya kepada Tuhan Yesus, ia adalah seorang penganiaya jemaat mula-mula. Namun pada akhirnya ia bertobat karena perjumpaannya dengan Tuhan Yesus.
Setelah menerima panggilannya, Paulus menjadi rasul yang sangat giat dalam memberitakan injil ke segala penjuru. Karakter dan teladan rasul Paulus dalam melayani Tuhan memang sangat luar biasa, semangat dan kepeduliannya layak untuk selalu diteladani oleh umat Tuhan.
Betapa besar kasihmu? ini adalah sebuah pertanyaan sederhana yang akan menjadi renungan bersama kita pada hari ini. Ada banyak situasi dan keadaan yang terkadang membuat kita untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan kasih tersebut.
Tindakan kasih adalah komitmen
2 Korintus 2:1 mengatakan demikian, “aku telah mengambil keputusan di dalam hatiku, bahwa aku tidak akan datang lagi kepadamu dalam dukacita.” Ayat ini menjelaskan mengenai sikap dan perasaan Paulus ketika menulis surat kepada jemaat di Korintus.
Ada maksud dan harapan yang besar bahwa apabila nanti Paulus mendengar berita tentang meraka atau datang kembali kepada mereka maka tidak lagi mendapatkan mereka dalam keadaan dukacita atau sebaliknya. Apabila melihat ayat-ayat selanjutnya (ay. 5-11) maka nampak jelas sedang ada persoalan yang terjadi di kalangan jemaat.
Paulus mengajarkan supaya jemaat untuk memiliki kasih dan komitmen dalam hal mengampuni, terutama terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan.
Bagaimana dengan para pemimpin rohani sekarang? Apakah mereka juga memiliki kasih dan komitmen dalam memperhatikan anggota jemaatnya? Atau justru mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan jemaat atau sesamanya.
Perasaan cemas dan bersedih
Apakah kita memiliki kepedulian dan komitmen untuk saling memberi nasehat? Atau apakah kita bisa menunjukkan kasih kita kepada orang-orang yang melakukan kesalahan? Sehingga mereka tidak semakin jatuh ke dalam dosa, melainkan di perbaharui dan mengalami pertobatan.
Bahkan Paulus memberi nasehat supaya tidak membiarkan jemaat yang melakukan kesalahan, melainkan harus mendampingi dan menghibur kereka. 2 Korintus 2:4 mengatakan, “Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan air mata.”
Apabila melihat teks-teks selanjutnya maka ada persoalan-persoalan yang membuat Paulus merasa sangat cemas dan bersedih mengenai keadaan jemaat di Korintus. Kecemasan dan kesedihan meunjukkan bahwa Paulus sangat simpati dan berempati kepada keadaan mereka.
Hal ini yang seharusnya menjadi perenungan kita juga, bagaimana peran serta pemimpin rohani dan anggota jemaat dalam menyikapi dan menyelesaikan sebuah masalah. Ada kalanya kita juga diperhadapkan kepada situasi-situasi seperti ini sehingga harus mengambil sebuah tindakan.
Pilihannya adalah ada ditangan kita sendiri, apakah kita memiliki kasih dan kepedulian terhadap sesama anggota jemaat atau tidak? Atau kita lebih mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain.